Jakarta, CNBC Indonesia – Batu bara menjadi primadona pada 2022. Namun, memasuki tahun baru 2023, harga pasir hitam diproyeksi melemah sejalan dengan menurunnya permintaan dari Eropa serta belum jelasnya dampak pelonggaran di China.

Analis Industri Bank Mandiri Ahmad Zuhdi bahkan memperkirakan harga batu bara akan berada di kisaran US$ 360-380 per ton pada pekan ini. Artinya, batu bara akan bergerak di bawah harga pekan lalu (US$ 370-389 per ton).

“Kami expect akan mulai menurun. Di US$ 360-380. Karena easing covid di China masih tidak pasti dan kebutuhan gas di Uni Eropa terpenuhi dengan baik,” tutur Zuhdi, kepada CNBC Indonesia.

Secara historis, harga batu bara sebenarnya lebih banyak menguat pada awal tahun. Dalam lima tahun terakhir, batu bara hanya sekali melemah pada awal tahun yakni pada 2019. Selebihnya, harga batu bara selalu menguat pada pekan pertama 2018, 2020, 2021, dan 2022.

Bloomberg melaporkan pasokan gas di Eropa ada di angka 83,1% pada pekan lalu dari kapasitas. Pasokan naik tipis dibandingkan pada pekan sebelumnya yang tercatat 82,9%.

Hangatnya cuaca di Eropa selama libur Tahun Baru membuat penggunaan gas bisa ditekan. Tingginya produksi listrik dari pembangkit tenaga angin juga ikut membantu menekan penggunaan gas sehingga harga komoditas tersebut jeblok.

Harga gas alam EU Dutch TTF (EUR) anjlok ke 76,06 euro per megawatt-jam (MWh). Harga tersebut adalah yang terendah sejak akhir Februari atau dalam 10 bulan terakhir.

Rata-rata suhu di sejumlah wilayah di Prancis dan Spanyol bahkan mencapai 20 derajat Celcius hingga awal tahun 2023. Suhu tersebut termasuk sangat tinggi untuk ukuran musim dingin. Pengecualian terjadi di sejumlah wilayah Inggris Raya yang membeku selama libur Natal dan Tahun Baru.

Sementara itu, pada perdagangan terakhir tahun lalu, Jumat (30/12/2022), harga batu bara kontrak Februari ditutup pada posisi US$ 389,60. Harganya menguat 2,51% sehari dan 4,99% sepekan.

Dengan demikian, batu bara mengakhiri kinerja buruk pada tiga pekan sebelumnya di mana harganya selalu melandai (sepekan). Kembali membaiknya harga batu bara menjelang akhir tahun semakin menobatkan 2022 sebagai tahunnya batu bara.

Harga batu bara terbang 156,74% pada tahun lalu. Kenaikan sebesar itu belum pernah tercatat dalam 20 tahun terakhir. Kenaikan tertinggi setahun pada periode sebelumnya bahkan tidak pernah menyentuh angka 100%.

Secara bulanan, batu bara juga hanya melemah dalam empat bulan sepanjang 2022 yakni pada Maret, akhir Maret, akhir Juni, akhir September, dan Oktober.

Tidak hanya itu, batu bara berkali-kali menembus level US$ 400 per ton dan dua kali memecahkan rekor yakni pada 2 Maret 2022 d harga US$ 446 per ton dan pada 5 September 2022 di harga US$ 463,75 tn.

Perang Rusia-Ukraina, persoalan gas Eropa, kekeringan dan gelombang panas di China dan India, banjir di Australia, hingga larangan ekspor Indonesia membuat batu bara terbang pada tahun lalu.

Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/market/20230102055105-17-401893/wah-harga-batu-bara-diprediksi-merosot-awal-2023