JAKARTA, investor.id – PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mulai menggarap proyek pertambangan dan smelter nikel di Morowali, Sulawesi Tengah (Sulteng), yang menelan investasi Rp 37,5 triliun. Hal ini ditandai dengan peletakan batu pertama di lokasi pertambangan dan smelter tersebut.

Smelter itu akan dibangun dan dioperasikan oleh PT Bahodopi Nickel Smelting Indonesia atau BNSI, perusahaan patungan Vale Indonesia dengan Tisco and Xin Hai dan menggunakan teknologi rotary kiln electric furnace (RKEF), yang mengolah bijih nikel menjadi feronikel berkapasitas 73 ribu ton per tahun.

Vale memegang 49% saham perusahaan itu, sedangkan sisanya dipegang Tisco dan Xin Hai. Smelter itu akan mengolah nikel di tambang Bahodopi, Sulteng, yang dimiliki Vale Indonesia 100%.

Pembangunan proyek pertambangan dan pengolahan nikel rendah karbon terintegrasi di Morowali tersebut diresmikan Jumat (10/2/2023). Lokasi tambang nikel Vale berada di Kecamatan Bungku Timur dan Bahodopi, sedangkan smelter berada di Desa Sambalagi Kecamatan Bungku Pesisir. Perseroan berperan penuh dalam pembangunan dan pengoperasian fasilitas pertambangan, sedangkan BNSI akan membangun dan mengoperasikan smelter.

“Peletakan batu pertama ini memperkuat komitmen kuat kami kepada rakyat Indonesia sambil terus mendorong ke majuan dengan akselerasi yang dilakukan melalui jalur partumbuhan bernilai miliaran dolar kami,” kata Presiden Komisaris Vale Indonesia dan Wakil Presiden Eksekutif Bisnis Base Metal Vale Deshnee Naidoo, Minggu (12/2/2023).

Deshnee optimistis, perseroan dapat mewujudkan proyek kritikal yang akanmenghasilkan nikel rendah karbon dengan aman dan berkelanjutan, serta mendukung rantai pasokan domestik untuk bahan transisi energi dan kendaraan listrik.

CEO dan Presiden Direktur Vale Indonesia Febriany Eddy memaparkan, smelter yang akan dibangun di Sambalagi menggunakan teknologi RKEF. Selain itu, didukung sumber listrik dari gas alam, smelter ini akan menjadi pabrik yang andal, hemat energi, dan ramah lingkungan.

Pembangkit listrik gas alam, kata dia, akan menjadi kontributor utama untuk mengurangi emisi karbon dari keseluruhan operasi proyek ini. Pengurangan emisi karbon telah menjadi bagian dari peta jalan keberlanjutan Vale Indonesia, dengan target pengurangan emisi karbon hingga 33% pada 2030.

“Kehadiran proyek Morowali adalah representasi komitmen kami menjadi produsen nikel yang andal dan berkelanjutan bagi Indonesia dengan jejak karbon terendah. Kami akan membawa praktik-praktik pertambangan terbaik yang dilakukan di Blok Sorowako ke Morowali. Selain menyukseskan program hilirisasi pemerintah, kami ingin berkontribusi untuk masyarakat dan bumi kita,” ungkap Febriany.

Tahun lalu, pemerintah menetapkan proyek Morowali sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN). Adapun Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto menilai, proyek ini merupakan bentuk dari harapan pemerintah demi terwujudnya hilirisasi sumber daya alam untuk memberi nilai tambah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Sumber: https://investor.id/market-and-corporate/321563/vale-mulai-garap-proyek-tambangdan-smelter-nikel-rp-37-t