KOMPAS.com – Indonesia menargetkan energi baru dan terbarukan () bisa mencapai 23 persen dalam bauran energi nasional. Kini, tersisa dua tahun untuk mencapai target tersebut.

Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Daryatmo Mardiyanto menyampaikan bahwa hingga 2022, realisasi bauran EBT baru mencapai sekitar 12 persen.

Hal tersebut disampaikan Daryatmo sebagai pembicara dalam webinar yang diselenggarakan oleh BumiCerah.id.

Padahal untuk 2022, bauran EBT ditargetkan dapat berkontribusi sebesar 15,69 persen dari bauran energi nasional.

Dia menuturkan bahwa ada beberapa tantangan yang harus dihadapi untuk mencapai target EBT dalam bauran energi nasional.

Sejumlah tantangan itu adalah batu bara dan minyak bumi masih jadu sumber energi utama, pemanfaatan gas cenderung stagnan, dan ketersediaan infrastruktur pendukung dalam pembangunan EBT yang dikembangkan secara in-situ.

Upaya untuk percepatan target 23 persen EBT dalam bauran energi nasional pada 2025 di antaranya adalah komitmen dan konsistensi pemerintah dalam melaksanakan program pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap.

Selain itu dilaksanakannya co-firing biomassa pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) secara masif, mendorong subtitusi bensin dengan bioethanol, dan mengelola pemanfaatan batu bara sesuai dengan amanat (Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 22 tahun 2017 tentang Rencana Umum energi Nasional (RUEN).

Daryatmo menyampaikan, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 79 tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN) mengamanatkan terwujudnya pengelolaan energi yang berkeadilan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan.

“Hal ini merupakan landasan utama penetapan porsi sebesar 23 persen dalam bauran energi nasional pada tahun 2025 dan 31 persen pada 2050,” jelas Daryatmo, sebagaimana dilansir dari situs web DEN.

Sumber: KOMPAS.com