Jakarta, CNBC Indonesia – Harga Bahan Bakar Minyak (BBM), khususnya untuk non subsidi, pada April 2023 mendatang diperkirakan akan mengalami penurunan. Setidaknya ada dua tanda yang bisa membuat harga BBM turun pada April, beberapa hari mendatang.

Pertama, harga minyak mentah telah menunjukkan tren penurunan. Bahkan, pada Senin pekan lalu (20/03/2023), harga minyak sempat menyentuh rekor terendah dalam 15 bulan.

Berdasarkan data Refinitiv, harga minyak Brent pada Senin pekan lalu tercatat mencapai US$ 71,02 per barel. Sementara jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) sempat longsor 2,89% ke US$ 64,81 per barel.

Meski kini harga minyak menunjukkan ada peningkatan, namun masih di kisaran US$ 70-an per barel.

Menurut data Refinitv pada perdagangan Selasa (28/3/2023) pukul 12.45 WIB harga minyak mentah acuan Brent tercatat US$ 77,72 per barel, turun 0,5%. Sedangkan West Texas Intermediate (WTI) turun tipis 0,15% ke US$ 72,70 per barel.

Harga minyak mentah pada Maret 2023 ini juga relatif lebih rendah dibandingkan Februari atau Januari 2023 lalu, yang berada di kisaran US$ 80 per barel.

Selain harga minyak mentah, faktor kedua yang menentukan harga BBM di dalam negeri yaitu nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Nilai tukar atau kurs kini menunjukkan tren penguatan.

Rupiah menguat tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga mendekati lagi level psikologis Rp 15.000 per US$ pada perdagangan Selasa.

Melansir data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan di Rp 15.085 per US$, menguat 0,46%. Sebelumnya Mata Uang Garuda sempat menyentuh Rp 15.060 per US$.

Terkait hal ini, Pertamina pun angkat suara.

Secretary Corporate PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting menyatakan, Pertamina masih melakukan review atas pergerakan harga minyak mentah dunia yang terjadi saat ini.

Dengan demikian, ia belum dapat membeberkan apakah harga BBM pada bulan April mendatang akan mengalami penurunan.

“Masih kami review ya,” ujar Irto kepada CNBC Indonesia beberapa waktu lalu.

Menurut Irto, selain harga minyak mentah, terdapat beberapa faktor lainnya yang mempengaruhi harga BBM di dalam negeri. Di antaranya yaitu Mean of Platts Singapore (MOPS) dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

“Kalau semua faktor tersebut turun, tentunya akan disesuaikan juga harga jualnya,” ujar Irto.

Seperti diketahui, pada 1 Maret 2023 lalu sejumlah badan usaha niaga penyalur BBM non subsidi telah melakukan penyesuaian harga. Untuk produk bensin, badan usaha telah menaikkan harganya pada 1 Maret 2023 lalu.

PT Pertamina (Persero) misalnya, menaikkan harga bensin Pertamax (RON 92) dan Pertamax Turbo (RON 98). Untuk harga BBM jenis bensin yakni Pertamax (RON 92) naik menjadi Rp 13.300 per liter dari sebelumnya Rp 12.800 per liter. Sedangkan harga Pertamax Turbo (RON 98) mengalami kenaikan menjadi Rp 15.100 per liter dari sebelumnya Rp 14.850 per liter.

Meski di sisi lain, perseroan menurunkan harga untuk produk Solar non subsidi seperti Dexlite dan Pertamina DEX.

Untuk harga BBM jenis Dexlite (CN 51) mengalami penurunan harga menjadi Rp 14.950 dari sebelumnya Rp 16.150. Sedangkan Pertamina Dex (CN 53) turun menjadi Rp 15.850 dari sebelumnya Rp 16.850.

Selain Pertamina, Shell Indonesia menaikkan harga BBM jenis Shell Super menjadi Rp 13.990 per liter dari sebelumnya Rp 13.950 per liter pada periode Februari 2023. Lalu, harga BBM Shell V-Power kini dibanderol Rp 14.890 per liter, naik dari sebelumnya Rp 14.620 per liter.

Untuk Shell V-Power Nitro+ kini dibanderol Rp 15.240 per liter, naik dari sebelumnya Rp 14.980 per liter.

Namun demikian, untuk jenis diesel non subsidi mengalami penurunan. Untuk Shell V-Power Diesel kini dibanderol Rp 16.000 per liter dari sebelumnya Rp 16.980 per liter.

Sumber: CNBC Indonesia