Jakarta, CNBC Indonesia – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) tengah berupaya mengembangkan potensi sumber daya minyak dan gas bumi (migas) yang berada di Area Warim Papua. Mengingat area ini menyimpan potensi gas lebih besar daripada Blok Masela.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto membeberkan guna mengembangkan ladang gas jumbo tersebut, regulator di sektor hulu ini akan meminta restu Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Pasalnya, area Warim ini berada di dalam area hutan nasional lorentz.

“Kita minta persetujuan KLHK untuk bisa melaksanakan eksplorasi di hutan lindung,” ujar dia saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Senin malam (16/5/2023).

Menurut Dwi setelah persetujuan dari KLHK didapatkan, SKK Migas akan menawarkan pada Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) untuk mau melakukan kegiatan eksplorasi di area Warim. Sejauh ini sudah ada beberapa perusahaan yang berminat, namun Dwi tidak membeberkan secara rinci.

“Sekarang sudah urus izin setelah ini selesai kemudian kita tentu saja mencari KKKS yang berminat sudah ada beberapa perusahaan besar tapi ini masih sama-sama menjajaki,” kata dia.

Seperti diketahui, pemerintah saat ini tengah getol menggenjot peningkatan produksi minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia. Beberapa diantaranya dengan fokus mengembangkan eksplorasi migas di lima area, salah satunya yakni Warim yang berlokasi di Papua.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan bahwa area Warim menyimpan potensi migas yang cukup besar untuk dikembangkan. Namun, pengembangannya terganjal lantaran area migas ini berada di dalam area hutan nasional lorentz.

“Warim gede, cuma kan masih kita harus selesaikan, bisa gak kita upayakan, karena kalau Warim ini bisa kita kembangkan luar biasa Indonesia ini,” ujarnya saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (10/2/2023).

Berdasarkan data Kementerian ESDM, area Warim sendiri mempunyai potensi sebesar 25,968 miliar barel minyak serta 47,37 triliun kaki kubik gas (TCF). Adapun potensi gas Warim diketahui melebihi produksi gas milik Blok Masela yang diperkirakan hanya mencapai 10,73 TCF.

Di sisi lain, Arifin mengakui bahwa umur cadangan minyak RI saat ini diperkirakan hanya mampu bertahan sekitar 9 sampai 10 tahun saja. Oleh sebab itu, perlu upaya ekstra untuk menggenjot peningkatan produksi.

Menurut Arifin, pemerintah telah memetakan potensi area migas baru yang mempunyai prospek cukup bagus ke depan. Potensi tersebut menjadi ajang taruhan atau pembuktian untuk mengejar target produksi minyak 1 juta barel per hari dan gas 12 BSCFD pada tahun 2030.

“Kalau kita gak punya yang baru dengan konsumsi yang sekarang ya 9-10 tahun, tapi kita juga masih punya kurang lebih 6-7 potensi area baru yang bisa kita kembangin dan ini bisa juga meningkatkan kita punya,” ujar dia.

Sumber: CNBC Indonesia