Jakarta – PT Pertamina (Persero) bersama Petronas menggantikan Shell di Blok Masela. Hal ini ditandai dengan penandatangan sale purchase agreement (SPA) yang berlangsung 25 Juli 2023 lalu. Dengan demikian, Pertamina dan Petronas menjadi mitra Inpex untuk menggarap Blok Masela.

Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Hudi D Suryodipuro mengatakan, setelah penandatanganan SPA, revisi rencana pengembangan atau plan of development (PoD) harus segera diajukan. Sejalan dengan, perusahaan-perusahaan juga harus segera menyelesaikan perpindahan hak partisipasi.

“Jadi untuk ini sekarang mereka Masela itu masih berproses revisi kedua dari PoD-nya itu sendiri,” katanya di kawasan Jakarta Pusat, Rabu (23/8/2023).

“Habis SPA itu ada hal-hal yang masih berproses untuk meresmikan PI-nya (participating interest) itu harus bener-bener pindah 3 perusahaan itu,” sambungnya.

Dia berharap, rencana pengembangan Blok Masela bisa masuk bulan ini. Sehingga, produksi Blok Masela tidak tertunda.

“Harapan kita sih Agustus ini sudah masuk, karena kan kita mau ngejar masalah onstream-nya itu supaya tidak tertunda,” jelasnya.

Untuk diketahui, Blok Masela ditargetkan produksi paling lambat Desember 2029. Produksi ini mundur lantaran sebelumnya ditargetkan pada 2027.

Menteri ESDM Arifin Tasrif menjelaskan, sejak ditinggal Shell pada tahun 2020, pengembangan Blok Masela tidak ada progres.

“Karena sudah lama nggak diisi statusnya kan jadi nggak jelas, kita nggak punya kepastian. Kan tadinya rencana mengalir gasnya kan 2027,” katanya di Kementerian ESDM Jakarta, Jumat (4/8).

Hak partisipasi Shell pun kini telah diambil Pertamina dan Petronas. Dengan adanya dua perusahaan diharapkan dapat menutup kesenjangan karena ditinggal Shell.

Pemerintah sendiri memiliki target produksi gas di tahun 2030 sebesar 12 miliar standar kaki kubik per hari (bscfd). Dia berharap, Blok Masela dapat produksi paling lambat Desember 2029.

“Memang pemerintah mengharapkan target tahun 2030 capaian produksi 12 bscfd, itu kita harap 30 Desember 2029 sudah berproduksi paling lama,” katanya.

(acd/das)

Sumber: Detik Finance