KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Tim Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) tengah meninjau kajian usulan pemasangan fasilitas penangkapan, pemanfaatan, dan penyimpanan karbon atawa carbon capture, utilization and storage (CCUS) pada Blok Masela.

Wakil Kepala SKK Migas, Nanang Abdul Manaf mengatakan, tinjauan itu menelaah aspek teknis dan komersial dari rencana pemasangan CCUS tersebut. “Nantinya akan menjadi bagian revisi POD dan diajukan kembali ke Menteri ESDM untuk persetujuannya. Target secepatnya,” ujar Nanang kepada Kontan.co.id, Kamis (9/2).

Mengintip materi paparan Kepala SKK Migas dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI tertanggal 1 Februari lalu, review POD I Proyek Abadi Masela direncanakan berlangsung di kuartal pertama 2023.

Di saat yang sama, SKK Migas juga tengah mengawal proses divestasi hak partisipasi atau participating intrerest (PI) Shell di Blok Masela. Seperti diketahui, perusahaan asal Belanda tersebut berencana melepas 35% hak partisipasinya di proyek gas abadi itu.

Pertamina menjadi salah satu perusahaan minyak dan gas (migas) mengempit hak partisipasi tersebut. Hal ini telah dibuktikan melalui penyampaian non binding offer. Harapan SKK Migas, penyampaian non binding offer tersebut bisa berlanjut menjadi binding offer di awal April 2023 nanti.

“Dari Pertamina ataupun Shell, kita tunggu awal bulan April,” kata Nanang.

Sedikit informasi, Blok Masela merupakan Proyek Strategis Nasional yang terletak di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku. Laporan Tahunan SKK Migas menyebutkan, Blok Masela diproyeksikan mampu menghasilkan gas alam cairnya alias liquefied natural gas (LNG) yang sebesar 9,5 juta ton per tahun (mtpa), gas pipa 150 juta kaki kubik per hari (mmscfd),dan kondensat 35.000 barel per hari (bcpd). Proyeksi sementara, target on stream Blok Masela ditetapkan mundur dari semula tahun 2027 menjadi 2029.