TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – PT Tripatra Engineers and Constructors (Tripatra), perusahaan rekayasa teknik mendukung pemerintah dalam upaya mendorong percepatan transisi energi dan hilirisasi mineral.
Hal tersebut sejalan dengan pembangunan proyek strategis nasional salah satunya menuju net zero emissions tahun 2060 yang merupakan sebagian dari transformasi yang diperlukan dalam upaya menjadi negara maju di tahun 2045.
President Director & CEO Tripatra Raymond Naldi Rasfuldi mengatakan, engineering atau rekayasa teknik kekuatan utama di balik inovasi dan perkembangan teknologi.
“Rekayasa yang menggabungkan keilmiahan dengan kreativitas dalam menciptakan solusi baru untuk berbagai tantangan dan mengembangkan teknologi yang meningkatkan kualitas hidup manusia, termasuk menghadirkan solusi untuk pengembangan teknologi EBT,” ucap Raymond dikutip Kamis (10/8/2023).
Menurutnya, industri jasa rekayasa akan dapat berkontribusi besar dalam kemajuan setiap peradaban bangsa.
“Terlebih lagi di era transisi energi dan hilirisasi mineral, tentunya industri di bidang jasa rekayasa menjadi garda terdepan dalam upaya pencapaian tujuan nasional berkelanjutan,” sambungnya.
Ketua Umum Gabungan Perusahaan Nasional Rancang Bangun Indonesia (Gapenri) Dhira Nandana mengatakan, sektor industri jasa rekayasa memiliki peran penting dalam pertumbuhan Indonesia serta mampu menjadi lokomotif pembangunan termasuk sektor energi dan penggerak peningkatan Penggunaan Barang dan Jasa Dalam Negeri (P3DN).
“Maka dari itu, pentingnya kolaborasi berbagai pihak agar bidang rekayasa Indonesia semakin berkembang dan dioptimalisasikan untuk mendukung pembangunan nasional,” kata Dhira.
Pemerintah terus mendorong keterlibatan semua pihak dalam mengejar target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada tahun 2025 dan 31 persen pada tahun 2050.
Sebab, peran aktif, sinergi dan kolaborasi seluruh pemangku kepentingan terkait sesuai perannya masing-masing menjadi salah hal penting dalam upaya percepatan target bauran EBT nasional.
Upaya tersebut bukan hal mustahil, karena Indonesia memiliki potensi EBT yang berlimpah mencapai 3.687 GW, terdiri dari potensi surya sebesar 3.294 GW, potensi hidro 95 GW, potensi bioenergi 57 GW, potensi bayu 155 GW, potensi panas bumi 23 GW, potensi laut 63 GW.
Diluar itu, terdapat potensi uranium 89.483 ton dan Thorium 143.234 ton. Potensi tersebut sangat besar, tersebar, dan beragam di seluruh wilayah Indonesia.
Namun, hingga Semester I tahun 2023, total pemanfaatan EBT yang telah dilakukan baru sebesar 12,7 GW.
Jumlah tersebut bahkan masih belum mencapai 1 persen dari total potensi yang ada.
Masih dibutuhkan upaya keras dan kolaborasi yang kuat untuk terus mendorong percepatan transisi energi tersebut.
Sumber: Tribun News