Jakarta – Wilayah Warim di Papua menyimpan potensi minyak dan gas bumi (migas) yang besar. Namun, untuk mengangkat ‘harta karun’ migas di wilayah tersebut tantangan cukup besar.

Deputi Eksplorasi Pengembangan dan Manajemen Wilayah Kerja SKK Migas, Benny Lubiantara mengatakan, penemuan migas di Warim sendiri sebetulnya lama yakni sebelum Taman Nasional Lorentz ditetapkan. Namun, eksplorasi untuk migas itu terhenti karena adanya penetapan Taman Nasional Lorentz tersebut.

Posisi saat ini, pihaknya telah mengirim surat ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sebagai upaya menggali potensi harta karun migas tersebut.

“Sekarang kita mau lihat lagi ke sana, sudah kita kirim surat KLHK untuk bisa diberikan dispensasi, toh tidak semuanya. Hanya ada 1-2 area saja yang prospeknya itu masuk ke area Lorentz,” katanya di SKK Migas Jakarta, Rabu (17/5/2023).

Selain itu, pihaknya juga tengah berkomunikasi dengan calon-calon investor untuk masuk ke wilayah tersebut.

Namun patut diakui, kata dia, pengembangan wilayah Warim menghadapi sejumlah tantangan. Bukan hanya karena Taman Nasional Lorentz, tapi juga ada risiko malaria dan keamanan karena ada wilayah yang aktif dengan penembakan.

“Memang tantangannya selain taman nasional dan lingkungan operasional sangat challenging karena risikonya malaria di sana, kemudian ada daerah-daerah yang tempat aktif penembakan di sana,” ujarnya.

“Nah ini lagi di-assess secara security-nya apakah nanti bisa feasible atau nggak untuk dilakukan di sana. kita kemarin diskusi beberapa investor, area fokusnya akan kita fokuskan di area yang secara security-nya cukup aman. Ada beberapa daerah yang red zone itu, kita bilang nggak usah aja, kita masuk yang lebih aman aja lah,” paparnya.

(acd/das)

Sumber: Detik Finance.com