Jakarta, CNBC Indonesia – Pemanfaatan minyak sawit jadi bahan bakar, biodiesel, terbukti membuat Indonesia jadi lebih hemat. Menurut Sekretaris Jenderal Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) Rizal Affandi Lukman, Indonesia bisa menghemat sampai setara Rp161,55 triliun (dengan kurs Rp15.027 per dolar AS).

Sebab, kata Rizal, Indonesia merupakan negara net importir minyak. Yaitu, mengandalkan impor untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri.

“Dengan memanfaatkan sawit yang dapat dikonversi jadi biodiesel, Indonesia bisa hemat sekitar US$10,75 miliar. Suatu jumlah yang sangat besar,” kata Sekretaris Jenderal CPOPC Rizal Affandi Lukman dalam CNBC Indonesia ‘Sawit Week 2023, Industri Sawit Dijegal Uni Eropa Ini Siasat CPOPC’, Selasa (4/7/2023).

“Dan kalau bahan bakar fosil/ minyak diganti dengan sawit, itu bagian dari renewable energy (energi terbarukan). Itu dapat menekan 35 juta ton CO2 dengan tidak membakar BBM tapi biodiesel. Yang bisa ditanam (kelapa sawit), yang bisa dimanfaatkan. Itu bagian dari renewable energy,” jelasnya.

Seperti diketahui, pemanfaatan hasil hilirisasi sawit jadi sumber energi saat ini sudah diberlakukan wajib di Indonesia. Di mana mulai Februari 2023 lalu, telah diberlakukan mandatori B35. Yaitu, biodiesel dengan campuran 35% FAME ke dalam bahan bakar solar.

Langkah Indonesia itu, katanya, juga telah dilakukan oleh negara lain, seperti Malaysia dan Thailand.

‘Malaysia sedang mencanangkan B20, sedang diupayakan menuju ke sana. Belum sampai 20 tapi sedang menuju ke sana,” ujarnya.

“Dan juga di beberapa negara lain, seperti Thailand juga sudah mulai menggunakan biodiesel. Di sana sudah B10,” kata Rizal.

Pemanfaatan hilirisasi sawit jadi sumber energi, imbuh dia, menjadi salah satu upaya menyerap produksi sawit dunia.

“Dengan begitu jumlah minyak sawit dunia tidak oversupply dan menghasilkan angka yang reasonable dari sisi konsumen maupun produsen. Dan ini sekaligus meningkatkan ketergantungan pasar ekspor ke Uni Eropa semakin berkurang,” kata Rizal.

“Sebelumnya market share pasar sawit dari Indonesia ke Eropa adalah 15-17%, sekarang sudah tinggal 10,2%. Jadi, semakin less important bagi ekspor sawit Indonesia,” cetusnya.

Di mana, saat ini pasar utama ekspor sawit Indonesia adalah India dan China. Meski Uni Eropa masih termasuk. Selain itu juga ke Pakistan.

Sumber: CNBC Indonesia