Jakarta, CNBC Indonesia – Perusahaan kakap asal Inggris, BP, rupanya telah meminta perpanjangan kontrak kerja sama (Production Sharing Contract/ PSC) minyak dan gas bumi (migas) kepada Pemerintah Indonesia terkait Proyek Kilang LNG Tangguh yang berada di Teluk Bintuni, Papua Barat.

Padahal, proyek yang mencakup Wilayah Kerja (WK) atau Blok Wiriagar, Berau dan Muturi tersebut baru berakhir kontraknya pada 2035 mendatang. Artinya, masih ada waktu 13 tahun lagi hingga kontrak ini berakhir.

Plt. Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Mohammad Kemal mengatakan, pengajuan perpanjangan kontrak (PSC) BP untuk WK Wiriagar, Berau dan Muturi rencananya untuk 20 tahun berikutnya setelah 2035.

Menurutnya, evaluasi dari SKK Migas sendiri mengenai proposal perpanjangan BP sudah rampung.

“Sekarang masih dalam proses. Evaluasi dari SKK sudah selesai,” kata dia kepada CNBC Indonesia, Kamis (17/11/2022).

Kemal menjelaskan, pertimbangan BP mengajukan izin perpanjangan lebih awal lantaran perusahaan ingin mempertahankan produksi dari tiga train Kilang LNG Tangguh, salah satunya melalui kegiatan eksplorasi yang dipercepat.

“Sehingga hasil temuan cadangan akan dapat diproduksikan untuk memperpanjang produksi dari 3 Train Tangguh,” kata dia.

Untuk diketahui, proyek Kilang LNG Tangguh merupakan pengembangan dari enam lapangan gas terpadu yang terletak di wilayah Kontrak Kerja Sama (PSC) Wiriagar, Berau, dan Muturi di Teluk Bintuni, Papua Barat, dengan luas 5.966,9 km2.

Kilang LNG Tangguh mulai berproduksi pada 2009, empat tahun setelah memperoleh persetujuan dari Pemerintah Indonesia. Saat ini produksi LNG baru berasal dari dua train yakni Train 1 dan Train 2. Namun, kini perusahaan juga tengah membangun Train 3 yang diharapkan bisa beroperasi pada kuartal I 2023 mendatang.

Cadangan gas di Proyek Tangguh ini ditemukan pada pertengahan tahun 1990-an oleh Atlantic Richfield Co. (ARCO). Tangguh LNG dioperasikan oleh BP Berau Ltd. (100% milik BP). Anak perusahaan lain milik BP lainnya dalam pengembangan Tangguh LNG ini adalah BP Muturi Holdings B.V., BP Wiriagar Ltd. dan Wiriagar Overseas Ltd, sehingga membuat BP memiliki 40,22% kepemilikan di Tangguh LNG.

Adapun mitra-mitra kerja lainnya di proyek Tangguh ini yaitu:
MI Berau B.V. (16,30%)
CNOOC Muturi Ltd. (13,90%)
Nippon Oil Exploration (Berau) Ltd. (12,23%)
KG Berau Petroleum Ltd (8,56%)
KG Wiriagar Petroleum Ltd. (1,44%)
Indonesia Natural Gas Resources Muturi Inc. (7,35%)

Produksi gas bumi rata-rata dari Proyek Tangguh pada 2021 sebesar 1.312 MMSCFD, dan status per 14 Juni 2022 sebesar 1.162 MMSCFD. Produksi LNG dimulai pada Juni 2009, dan kargo LNG pertama dikirim pada Juli 2009. Proyek LNG Tangguh menghasilkan 7,6 juta ton LNG setiap tahunnya melalui Train 1 dan 2.

Saat ini sedang dikembangkan proyek Train 3 yang merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN). Proyek Train 3 Kilang LNG Tangguh ini diperkirakan memakan investasi sebesar US$ 8,9 miliar dan akan menghasilkan 3,8 juta ton LNG per tahun. Hasil produksi Train 3 akan diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan gas domestik termasuk untuk pembangkit listrik PT PLN (Persero).

Dalam catatan SKK Migas, pengembangan Kilang LNG Tangguh Train 3 ini dimulai sejak tahun 2016 dan mengalami banyak tantangan yang utamanya diakibatkan Covid-19. Namun demikian, SKK Migas memastikan proyek Tangguh Train 3 bakal rampung dan bisa mulai beroperasi pada kuartal I-2023.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan bahwa beberapa tahun mendatang Indonesia bakal kelebihan pasokan gas. Terutama dengan beroperasinya proyek gas besar yang dapat meningkatkan produksi nasional.

“JTB yang di Bojonegoro sudah on stream. Kemudian proyek PSN satu lagi Tangguh Train 3 Insya Allah kuartal pertama 2023 on stream. Lalu kemudian kita masih punya gas juga yang cukup besar pertama adalah Abadi Masela,” ujarnya dalam sebuah diskusi di Bandung, Selasa (5/10/2022).

Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/news/20221117151149-4-389006/raksasa-inggris-bp-minta-perpanjangan-kontrak-migas-ke-jokowi