JAKARTA – Pemerintah terus mendorong hilirisasi komoditas berbasis mineral. Pembangunan fasilitas dan pemurnian (smelter) bauksit menjadi produk akhir aluminium ditargetkan dapat meningkatkan pendapatan nasional sebesar Rp21 triliun menjadi Rp62 triliun.
“Pemerintah juga terus mendorong hilirisasi nikel terbesar agar ekspor bahan mentah terus dikurangi dan hilirisasi terus ditingkatkan,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam pernyataannya saat Webinar Economic and Business Outlook 2023, dikutip Sabtu (4/2/2023).
Sebagai salah satu negara di dunia dengan potensi sumber daya alam yang tinggi, pemerintah juga bertekad menjadi Global Key Player industri hilirisasi berbasis komoditas. Pemerintah memfokuskan industri hilirisasi komoditas menjadi 3 kelompok, yakni industri berbasis agro seperti industri oleokimia, industri berbasis bahan tambang mineral seperti industri smelter mineral dan logam, dan industri berbasis migas dan batubara seperti proyek coal to methanol.
Hilirisasi logam timah juga diharapkan dapat menghasilkan logam tanah jarang (rare earth) yang merupakan komponen kritikal berbagai teknologi modern masa kini. Untuk sektor nikel, setelah hilirisasi fase awal berhasil dengan tumbuhnya smelter pirometalurgi yang memproduksi feronikel dan stainless steel, kini fase kedua dilaksanakan dengan menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi baterai electric vehicle.
“Upaya hilirisasi tentu terus didorong untuk menambah nilai tambah industri. Pemerintah juga menyediakan beberapa hal seperti penyediaan infrastruktur industri, penciptaan lingkungan usaha industri yang kondusif, menerbitkan insentif fiskal, tentu juga mendorong agar SDM-nya bisa mengikuti perkembangan teknologi,” tutup Airlangga.
Dia mengatakan program hilirisasi tersebut guna mendorong perekonomian. Di sisi lain, optimisme untuk terhindar dari resesi serta mendorong pemulihan ekonomi yang lebih cepat kembali bangkit dengan melihat perkembangan kondisi perekonomian global terkini.
Sejumlah indikator perekonomian global diperkirakan tidak akan memberikan tekanan lebih dalam kepada pertumbuhan ekonomi global, bahkan IMF juga telah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2023 menjadi 2,9% dari yang sebelumnya berada pada level 2,7%.
Mencermati hal tersebut, pemerintah tetap antisipatif dan menyiapkan berbagai kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Sejumlah sektor akan dikuatkan dan diharapkan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi di tahun 2023, salah satunya yakni sektor industri.
Merujuk data BPS, sektor manufaktur berkontribusi paling besar terhadap PDB dan di triwulan III-2022 mencapai 16,1%. Indeks Kepercayaan Industri di Kementerian Perindustrian sebesar 51,54 sedangkan PMI sudah merilis di angka 51,3 pada Januari 2023.