Tomohon, CNBC Indonesia – Keindahan alam Indonesia di bumi Sulawesi Utara memang sudah tidak diragukan lagi. Belum lama ini misalnya, masyarakat di Kota Tomohon merayakan parade Tomohon International Flower Festival yang berlangsung dari 8-12 Agustus 2023.

Maklum, kota yang berjarak kurang lebih 25 km dari Manado itu dikenal sebagai kota penghasil bunga. Namun, selain menyimpan segudang keindahan alam yang luar biasa, kota ini juga diberkahi dengan sumber energi baru dan terbarukan (EBT) panas bumi.

Terletak di Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Lahendong, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) sebagai pengelola WKP tersebut berperan sebagai pemasok kebutuhan listrik bagi masyarakat setempat.

Direktur Operasi PGE Ahmad Yani bercerita, proses pengembangan panas bumi sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) di area Lahendong berawal dari sumur yang menghasilkan uap untuk dialirkan ke sebuah pipa. Uap tersebut kemudian digunakan untuk menggerakkan sebuah turbin dan menghasilkan energi listrik.

Menurut Ahmad, PLTP Lahendong sendiri saat ini merupakan unit pembangkit terbesar dengan energi bersih berbasis panas bumi di Sulawesi Utara. Dengan adanya PLTP ini, setidaknya 30% sumber bauran EBT untuk Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo berasal dari energi bersih panas bumi.

“Dari sisi listrik kita, total kapasitas ada 120 Mega Watt (MW), itu kita berkontribusi 30% dari kebutuhan listrik wilayah Sulawesi Utara, Tengah hingga Gorontalo,” tuturnya kepada CNBC Indonesia dalam “Jelajah Energi Bersih Panas Bumi di Tomohon”, dikutip Senin (21/8/2023).

Tak berhenti di situ, ke depan PGE Area Lahendong juga terus berkomitmen untuk menambah besaran kapasitas terpasang dengan tambahan 50 MW. Hal tersebut menyusul dibukanya PLTP unit 7 dan 8 yang ditargetkan beroperasi pada 2027 mendatang.

“Di tahun 2027 kita beroperasi COD (Commercial Operation Date)-nya. (Dengan tambahan ini) Kita bisa meningkat jadi 35-40% dari total kebutuhan listrik,” tambahnya.

Selain menggenjot pemanfaatan panas bumi sebagai sumber energi listrik di wilayah ini, peran PGE bagi masyarakat sekitar juga tak kalah penting. Salah satunya dukungan yang diberikan dalam pemanfaatan energi panas bumi secara langsung untuk industri gula di pabrik gula aren.

Berbeda dengan penggunaan tak langsung, penggunaan panas bumi secara langsung untuk pabrik gula aren ini dimanfaatkan untuk proses pengeringan. Adapun penggunaan uap panas bumi membuat produktivitas pabrik jauh meningkat.

Misalnya saja dalam 1 hari, pabrik gula ini mampu memproduksi 1 ton gula aren. Adapun gula aren yang dihasilkan pun sudah diekspor ke berbagai negara seperti Hongkong, Singapura, Jepang hingga Amerika Serikat.

Penggunaan panas bumi untuk pabrik gula aren tentunya menjadi contoh sukses bagi PGE, terutama dalam menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR). Hal ini juga berpotensi menginspirasi industri lainnya dalam hal pemanfaatan sumber energi panas bumi di Indonesia.

Sumber: CNBC Indonesia