VIVA Bisnis – Sumur panas bumi pertama di Indonesia dibor tahun 1926 pada zaman pemerintah kolonial Belanda di Kamojang, Jawa Barat. Inilah tonggak sejarah dimulainya Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di Indonesia.

Berada di Gunung Kamojang, terpantau beberapa titik sumur uap panas yang di antaranya mengeluarkan bunyi nyaring. Nah, atas dasar itulah sumur tersebut dinamai kawah kereta api.

Lokasi kawah kereta api itu kini telah dijadikan sebagai kawasan Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Kawah Kamojang. Ada beberapa kawah dengan keindahan alamnya masing-masing antara lain Kawah Manuk, Kawah Berecek, Kawah Sorekat, Kawah Kamojang, Kawah Cikahuripan, Kawah Kereta Api, Kawah Pojok, Kawah Cibuliran dan lainnya.

Kini cagar alam itu terbuka untuk wisatawan. Lokasinya dekat dari PLTP Kamojang, hanya sekitar 15-20 menit perjalanan. Wilayah kerja Kamojang diketahui dikelola oleh PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) bekerja sama dengan PLN Indonesia Power.

Pantauan VIVA di lokasi, semburan uap panas Kawah Kereta Api itu masih kuat, meskipun nyaris berumur satu abad.

Komisaris Utama PGE, Sarman Simanjorang menjelaskan, kedalaman kawah kereta api tersebut adalah 60 meter. Ia mengatakan, kondisi tekanan dan semburannya masih sama kuatnya hingga saat ini. Untuk itulah titik semburannya dipagar, agar pengunjung tidak terlalu dekat, demi keamanan.

“Sekarang masih seperti ini. Jadi bukti sejarah adalah bahwa Belanda itu sudah melakukan pengeboran pada 1926, jadi hanya 60 meter kedalamannya. Semburannya itu tidak pernah berubah, setia sampai akhir. Mungkin sampai kiamat dunia akan seperti itu terus,” kata Sarman seperti dikutip Jumat, 19 Mei 2023.

Menurutnya, inilah yang menjadi awal mula dari hadirnya PLTP Kamojang yang menjadi PLTP tertua di Indonesia yang kini sudah mengalirkan listrik 260 ribu rumah dengan total daya 235 megawatt (MW). Ini jugalah yang menjadikan bukti bahwa energi panas bumi termasuk energi yang berkelanjutan atau sustainable energy.

“Itu membuktikan bahwa memang panas bumi itu adalah energi yang sustainable,” tegasnya.

Sementara itu, General Manager PGE Area Kamojang, Rahmad Harahap mengatakan bahwa nanti pada tahun 2026, pihaknya akan melakukan perayaan atas 100 tahun sejarah ditemukannya panas bumi di area Kamojang sebagai bentuk rasa syukur operasional PLTP Kamojang.

Rahmad juga menegaskan bahwa energi panas bumi itu berkelanjutan. Dia juga menyampaikan bahwa komersialisasi perdana PLTP Kamojang dilakukan pada tahun 1983.

“Tahun ini sudah 40 tahun, jadi sudah terbukti keberlanjutan atau sustainability dari industri geothermal itu sendiri,” katanya.

Area Kamojang merupakan area tertua PGE dimana eksplorasi pertama dilakukan pada tahun 1974 dan beroperasi komersial pada tahun 1983.

Berikut rangkaian sejarah Pertamina mengembangkan Kamojang Geothermal Field dari waktu ke waktu:

1. 1970: Pertamina memperoleh hak eksplorasi di Kamojang dari Pemerintah Indonesia.
2. 1974: Mulai eksplorasi potensi panas bumi di area Kamojang.
3. 1978: Pengeboran sumur pertama dimulai dan menghasilkan uap panas bumi
4. 1983: PLTP Unit 1 mulai beroperasi menyalurkan uap 30 MW.
5. 1987: PLTP unit 2 dan 3 mulai beroperasi dan menyalurkan uap masing-masing 55 MW.
6. 2007: PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) resmi didirikan sebagai anak perusahaan dari PT Pertamina
7. 2008: PLTP unit 4 beroperasi menyalurkan listrik 60 MW.
8. 2015: PLTP unit 5 beroperasi menyalurkan listrik 35 MW.

Sumber: VIVA.co.id