Pemerintah belum menutuskan untuk menurunkan harga BBM bersubsidi seperti, Pertalite dan Solar meski harga Pertamax telah turun seiring harga minyak dunia yang melemah. Kementerian Keuangan menjelaskan, penetapan harga BBM subsidi tak hanya memperhatikan pergerakan harga minyak dunia.

“Selain harga minyak mentah Indonesia, ada kurs dolar terhadap rupiah yang juga mempengaruhi harga BBM dan juga konsumsi,” kata Direktur Jenderal Anggaran (DJA) Kementerian Keuangan dalam konferensi pers APBN KiTA, Selasa (3/1).

Nilai tukar rupiah memang tertekan sepanjang tahun lalu seiring penguatan dolar. Pelemahan rupiah terjadi di tengah tren pengetatan moneter global yang menimbulkan tekanan di pasar keuangan.

Di sisi lain, Isa juga mengatakan, volume konsumsi juga menentukan penyesuaian harga BBM bersubsidi. Konsumsi BBM bahkan tidak turun saat pemerintah menaikkan harga pada September lalu. Ini menyebabkan anggaran subsidi kembali bengkak. Dalam laporan realisasi sementara, anggaran subsidi dan kompensasi energi tahun lalu membengkak hingga Rp 48 triliun.

Isa pun mengatakan, pemerintah memang mencermati harga minyak dunia. Namun, menurut dia, pemerintah tidak akan buru-buru merespons berbagai perubahan.

“Pemerintah pada tahun ini juga perlu mengantisipasi kurs rupiah maupun volume konsumsi BBM. Ini semuanya tentu akan mempengaruhi besaran subsidi dan kompensasi 2023 yang juga akan mempengaruhi apakah harga BBM subsidi kemudian perlu penyesuaian atau tidak,” kata Isa.

Senada, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu mengatakan, ada tiga faktor yang sangat mempengaruhi naik turunnya harga BBM subsidi, yakni harga minyak, kurs dan volume. Ia menekankan ada potensi peningkatan volume konsumsi BBM subsidi ke depan.

“Khususnya melihat pertumbuhan ekonomi masih menguat sehingga permintaan volume BBM ini akan sangat tinggi. Di sisi lain kita juga akan menjaga arah reformasi subsidi ini semakin tepat sasaran,” kata Febrio.

Selain itu, menurut dia, harga komoditas, termasuk minyak di level global masih relatif tinggi sekalipun sudah mulai melandai.

PT Pertamina menyesuaikan harga BBM nonsubsidinya pada hari ini, Selasa (3/1). Harga Pertamax Series dan Dex Series turun Rp 1.150-2.150 per liter, dengan Dexlite turun paling besar. Langkah Pertamina untuk menurunkan harga BBM nonsubsidi seiring melandainya harga minyak mentah dunia. Sepanjang Desember 2022, harga minyak jenis Brent sempat turun hingga ke US$ 76,10 per barel.

Harga minyak mentah Brent yang berada di kisaran US$ 85 per barel saat ini jauh lebih rendah dari harga minyak pada awal pembentukan harga Pertamax Rp 13.900 per liter untuk wilayah Jawa-Bali pada Oktober 2022. Saat itu, harga minyak Brent berada di angka US$ 91,59 per barel.

Direktur Utama PT Pertamina, Nicke Widyawati mengatakan bahwa harga Pertalite dan Solar Pertamina masih jauh di bawah harga BBM sejenis yang ditawarkan oleh SPBU swasta. Hal ini terjadi karena pemerintah masih memberikan subsidi yang cukup besar untuk kedua jenis BBM itu.

Sumber: https://katadata.co.id/agustiyanti/finansial/63b411aa55b56/mengapa-pemerintah-tak-turunkan-harga-pertalite-menyusul-pertamax