JAKARTA, KOMPAS.com – Analis dari Institute for Energy Economics and Financial Analyis (IEEFA) Putra Adhiguna menyatakan bahwa, konsumsi () di Indonesia lebih boros dibanding beberapa negara lain.
Dari data IEEFA, konsumsi BBM untuk kendaraan ringan konvensional di Tanah Air mencapai lebih dari 8 liter per-100 kilometer (km). Angka tersebut, lebih boros 40 persen jika harus dikomparasi dengan konsumsi BBM di India dengan 6 liter per 100 km.
“Hal ini, tidak mencerminkan sebuah negara yang khawatir masalah impor minyak,” kata dia, Senin (6/2/2023).
Menurut Putra, kondisi tersebut terjadi karena Indonesia belum memiliki komitmen untuk beralih ke energi yang lebih bersih dan target penghematan BBM. Aturan yang ada saat ini, masih belum selaras dengan kebijakan lainnya.
Maka, kata Putra, para pemangku kepentingan harus meminta industri otomotif untuk menyelaraskan arah bisnis mereka dengan kepentingan nasional untuk kendaraan yang lebih efisien, rendah emisi, dan bergerak menuju industri pada masa mendatang.
“Kebijakan yang mewajibkan target tertentu seperti penghematan bahan bakar (fuel economy) harus segera diterapkan untuk menekan industri otomotif menuju kendaraan yang lebih efisien,” ujarnya.
Diketahui, Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mencatat jumlah penyerapan jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) Khusus Penugasan (JBKP) Pertalite (RON 90) selama 2022 diperkirakan mencapai 29,48 juta kiloliter (KL).
Penyerapan BBM Pertalite ini mencapai 98,56 persen dari target kuota sebesar 29,91 juta KL pada 2022.
Sementara khusus kuota Pertalite 29,91 juta KL. Sudah ditingkatkan 30 persen dari awal 23,05 juta KL pada periode yang sama karena adanya proyeksi peningkatan permintaan.