Bisnis.com, JAKARTA – Emiten milik taipan Kiki Barki, PT Harum Energy Tbk. (HRUM) memprediksi normalisasi harga batu bara bikin bisnis komoditas tahun ini lebih menantang.
Direktur Utama Harum Energy Ray Antonio Gunara mengatakan dua tahun terakhir merupakan periode yang luar biasa bagi industri batu bara. Akan tetapi, tahun ini perkembangan pertumbuhan ekonomi di China membuat harga batu bara mengalami penurunan dalam 3-4 bulan ke belakang.
“Strategi kami menyangkut batu bara, kami akan terus mencoba mempertahankan produksi batu bara kami di level 4-5 juta ton, dengann meningkatkan investasi baru untuk produksi,” ujar Ray dalam paparan publik, dikutip Minggu (11/6/2023).
Ray menuturkan, HRUM akan konsisten menjaga volume produksi batu bara tetap stabil. Kata dia, HRUM akan terus melihat prospek industri batu bara lebih menantang akibat berbagai alasan.
“Itulah alasan kami untuk diversifikasi ke industri nikel. Jadi itu merupakan bagian dari diversifikasi usaha HRUM,” tuturnya.
Pada 2023, HRUM menargetkan produksi batu bara sebesar 5,5 hingga 6 juta ton, dengan target strip ratio sebesar 10,5 hingga 11 kali. Sementara itu, sepanjang 2022 HRUM membukukan produksi batu bara 5,4 juta ton.
Hingga kuartal I/2023, HRUM telah mencatatkan produksi batu bara sebesar 1,7 juta ton batu bara.
Sepanjang 2023 ini, emiten berkode saham HRUM ini menganggarkan belanja modal sebesar US$52 juta atau setara Rp771,6 miliar. Rencananya, sekitar 50 persen akan digunakan untuk pengembangan bisnis nikel yang sudah ada, dan sisanya untuk bisnis batu bara.
Hingga kuartal I/2023, HRUM telah menyerap belanja modal sebesar US$5,5 juta atau setara Rp81,61 miliar (kurs Jisdor Rp14.839 per dolar AS).
HRUM menjelaskan realisasi belanja modal ini terutama digunakan untuk penambahan properti pertambangan di PT Tanito Harum Nickel, PT Mahakam Sumber Jaya, PT Karya Usaha Pertiwi, dan PT Santan Batubara. Belanja modal juga direalisasikan untuk pemeliharaan kapal tunda dan tongkang, pembelian alat berat, dan lainnya.
Sumber: Bisnis.com