TEMPO.CO, Jakarta – Pada hari Rabu lalu, 10 Mei 2023, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah melakukan proses uji coba untuk mengembangkan campuran bahan bakar nabati pada biodiesel dengan tingkat 40 persen disingkat B40.

“Dari hasil uji B40 pada kendaraan bermotor kemarin yang dilakukan itu, secara umum tidak ada kendala yang signifikan,” ucap Edi Wibowo, Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM. Hal tersebut ia ucapkan pada kegiatan pengujian performa Green Diesel Cat 3516E yang diselenggarakan PT Trakindo Utama di Cilincing, Jakarta Utara.

Biodiesel telah dikembangkan sejak 2006

Dilansir dari laman resmi Kementerian ESDM, sebenarnya, program pemanfaatan bahan bakar nabati telah dilaksanakan oleh pemerintah sejak 2006. Saat itu, pemerintah tengah mengembangkan campuran bahan bakar nabati pada biodiesel dengan tingkat 2,5 persen atau B2,5.

Kemudian pada tahun 2015, pemerintah mengembangkan kadar biodiesel 15 persen. Pada 2016, kadar biodiesel 20 persen. Pada 2020, kadar biodiesel 30 persen. Dan terakhir pada 1 Februari 2023, kadar biodiesel 25 persen.

Apa itu biodiesel?
Sebelum mengetahui apa itu biodiesel, mari kembali pada program pemerintah yang sebenarnya berfokus pada pemanfaatan Bahan Bakar Nabati atau BBN. Seperti namanya, BBN adalah bahan bakar terbarukan yang sumbernya berasal dari nabati atau tumbuhan. Pemerintah sendiri menetapkan tiga jenis BBN, yakni biodiesel, bioetanol, dan minyak nabati murni.

Biodiesel dibuat menggunakan reaksi metanolisis. Reaksi metanolisis adalah reaksi antara minyak nabati dengan metanol dibantu katalis (perangsang) basah (NaOH, KOH, atau sodium methylate) untuk menghasilkan campuran ester metil asam lemak dengan produk ikutan gliserol. Bahan nabati yang digunakan berasal dari kelapa sawit. Sederhananya, biodiesel merupakan campuran antara komoditas kelapa sawit dengan solar.

Biodiesel digunakan dengan cara mencampurkannya dengan bahan bakar fosil, yakni solar, pada persentase tertentu. Sedangkan, pengembangannya sendiri dilakukan secara bertahap. Jadi, angka-angka di belakang “B” merupakan kadar biodiesel yang tercampur dalam solar. Misalnya, B40 berarti kadar biodiesel sebanyak 40 persen dan kadar solar sebanyak 60 persen.

Sumber: Tempo.co