KONTAN.CO.ID – BOGOR. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan revisi Harga Batubara Acuan (HBA) akan rampung di tahun ini.
Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara, Irwandy Arif menjelaskan Indonesia menggunakan 4 indeks untuk HBA yakni Globalcoal Newcastle Index (GCNC), Newcastle Export Index (NEX), Index Platts dan Indonesia Coal Index (ICI) di mana komposisinya seimbang masing-masing 25%.
Semenjak harga batubara melonjak dampak pandemi Covid-19, terjadi disparitas antara harga jual aktual ekspor yang menggunakan Indonesia Coal Index (ICI) dengan HBA yang menjadi patokan membayar royalti.
Irwandy memberikan gambaran, misalnya saja HBA Februari 2023 senilai US$ 277,05 per ton. Kemudian batubara yang dijual berkalori 3.400 dengan harga per-tanggal 24 Februari 2023 menurut McCloskey senilai US$ 47,76 per ton.
“Bayangkan kalau dia harus bayar royalti di US$ 277 per ton, sedangkan dia cuma bisa menjual seharga US$ 47,76 per ton,” ujar Irwandy saat dalam pelatihan Mining For Journalist di Bogor, Sabtu (25/2).
Irwandy menyatakan, antara HBA untuk membayar royalti dengan penjualan jauh sekali bedanya. Akibatnya perusahaan batubara banyak yang keberatan dan menuntut agar pemerintah segera mengoreksi HBA.
“Namun, Pemerintah juga berhati-hati, ketika harga normal dan semua indeks ini in-line bagaimana?,” jelasnya.
Maka itu, Kementerian ESDM sedang meramu formulasi HBA yang tepat. Salah satu upaya yang dilakukan ialah melaksanakan hingga ratusan simulasi untuk memastikan formulasi HBA bisa sesuai dengan situasi dan kondisi yang terus berubah.
“Sekarang dicari, dalam proses yang benar dan bagus itu bagaimana. Walaupun ada gejolak harga dia in-line antara HBA dan harga jual, itu akan sangat bagus dan tidak merugikan industri juga, dalam proses mudah-mudahan tidak lama,” terangnya.
Irwandy memastikan tahun ini revisi HBA akan dirampungkan. Dia menyatakan pihaknya sedang rapat intensif antara Menteri ESDM, Direktorat Jenderal Minerba, dan Staf Khusus.