KOMPAS.com – Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan (AEBT) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Andriah Feby Misna mengatakan, keberadaan suatu infrastruktur sangat penting dalam peningkatan kapasitas pengelola teknologi .
Oleh karenanya, Kementerian ESDM melalui Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi (PPSDM KEBTKE) menggelar pelatihan teknis teknologi panel surya bagi 80 operator lokal dari Indonesia dan Timor-Leste.
“Dalam hal ini, warga lokal tempat dibangungnya pembangkit EBT dapat mengoperasikan sistemnya sendiri,” ujarnya dalam pada Seremoni Penutupan dan Penyerahan Modul Pelatihan ACCESS, Jumat (4/11/2022).
ACCESS merupakan proyek Accelerating Clean Energy Access to Reduce Inequality Program Pembangunan Perserikatan Bangsa (UNDP) dengan dukungan dari Korea International Cooperation Agency (KOICA) dan bekerja sama dengan PPSDM KEBTKE.
Feby mengatakan, saat ini terdapat 30 operator di Timor Leste yang telah dilatih dan disertifikasi dalam program tersebut.
Melalui program ACCESSS, telah ditransfer pula modul pelatihan kepada Pemerintah Timor Leste yang dapat menjadi katalis bagi awal dari peluang pelatihan lebih lanjut di Timor Leste.
“Saya juga berharap melalui kegiatan ini pengetahuan serta praktik-praktik terbaik dalam mengelola pembangkit tenaga listrik terbarukan off grid dapat lakukan di Indonesia dan Timor Leste sehingga manfaatnya dapat dirasakan di komunitas kedua negara,” katanya dalam .esdm.go.id, Senin (7/11/2022).
Pelatihan teknis angkatan terbaru terdiri dari 16 operator yang menyelesaikan dua minggu program.
Pemasangan panel surya dan sumber energi terbarukan lainnya sangat penting untuk mempercepat transisi kedua negara menuju peningkatan pemanfaatan sumber energi terbarukan.
Seperti diketahui, Indonesia tengah mempercepat transisi energi bersih sebagai bagian dari strategi kunci mengatasi krisis iklim.
Pada kesempatan itu, Ketua Tim Unit Lingkungan UNDP Aretha Aprilia menyoroti kemitraan yang kuat antara ketiga negara.
Menurutnya, program pelatihan telah menyatukan Indonesia dan Timor-Leste karena kedua negara bekerja sama menuju sumber energi yang lebih terbarukan, dengan dukungan Korea Selatan.
“Program pelatihan ini akan memastikan bahwa masyarakat yang paling rentan di Indonesia dan Timor Leste memiliki akses yang adil dan berkelanjutan ke layanan dasar. Ini akan membantu meningkatkan mata pencaharian mereka,” ungkap Aprilia.
Sementara itu, Country Director KOICA Indonesia Jeong Yun Gil berharap, operator bersertifikat dapat memberikan dampak pada transisi energi terbarukan.
“Operator lokal bersertifikat berkontribusi tidak hanya pada keberlanjutan Proyek ACCESS, dalam hal komponen teknis, tetapi juga akan mencapai tujuan bersama kami untuk mewujudkan kesetaraan, dan membantu mempercepat pengembangan masyarakat,” jelas Jeong.