Jakarta, CNN Indonesia – Nikel telah ditemukan lebih dari 2 abad lalu. Seorang ahli kimia Swedia, Axel Cronstedt pertama kali mengindentifikasi komoditas tambang ini pada 1751.

Uang koin dolar pertama Amerika Serikat menggunakan paduan nikel dan tembaga pada 1857. Lalu pada 1881, nikel murni digunakan untuk membuat koin mata uang Swiss.

Stainless steels atau baja tahan karat pertama kali ditemukan awal abad ke-20. Semenjak itu penggunaan nikel makin meluas. Komoditas tambang lain jika dipadukan dengan nikel memiliki ketahanan korosi yang sangat baik serta tahan di suhu tinggi.

Semakin banyak dimanfaatkan, permintaan akan nikel pun semakin meningkat. Sesuai hukum pasar, harganya nikel pun kian mahal. Per 21 Juni lalu, harga nikel berada di level US$21.066 per metrik ton. Sedangkan pada Juni 2022, nikel dibanderol US$25.658 per metrik ton.

Berdasarkan data Bank Dunia, berikut tren harga nikel 10 tahun terakhir per metrik ton:
– 2013: US$15.031
– 2014: US$16.893
– 2015: US$11.862
– 2016: US$9.595
– 2017: US$10.409
– 2018: US$13.114
– 2019: US$13.913
– 2020: US$13.787
– 2021: US$18.464
– 2022: US$25.833

Ada beberapa hal yang mempengaruhi pergerakan harga nikel. Pertama, permintaan dan penawaran. Seperti komoditas lainnya, harga nikel bisa melesat jika permintaan melonjak. Sementara ketika pasokan melimpah tetapi permintaannya lesu, harganya pun merosot.

Kedua, kondisi ekonomi global. Nikel merupakan komponen penting dalam industri seperti untuk bahan baku stainless steels, otomotif, elektronik dan lainnya. Pertumbuhan dan pelemahan ekonomi dunia bakal berdampak permintaan nikel, yang kemudian mempengaruhi harga.

Ketiga, penambangan dan produksi. Ketika terjadi gangguan dalam operasi tambang, kapasitas produksi atau kebijakan pertambangan maka akan berdampak pada pasokan nikel.

Kini, ada tren terbaru di pasar nikel yang berpengaruh pada pergerakan harga. Salah satunya, transisi dunia menuju kendaraan listrik. Semakin populer mobil listrik, semakin cerah pula permintaan nikel. Nikel yang merupakan komponen utama dalam baterai kendaraan listrik tentu terimbas pula tren ini dari sisi permintaan.

Tren lainnya, produksi stainless steel yang kian masif. Baja tahan karat alias stainless steel memanfaatkan nikel sehingga bersifat tahan korosi. Stainless steel banyak digunakan untuk sektor konstruksi, manufaktur dan infrastruktur.

Tren terakhir, kendala pasokan yang terjadi beberapa tahun terakhir. Kendala ini meliputi penutupan tambang, peraturan lingkungan, ketegangan geopolitik, hingga kebijakan hilirisasi nikel oleh pemerintah Indonesia dengan melarang ekspor bijih nikel per Januari 2020.

Seluruh tren itu berimbas pada harga nikel, yang menjadi primadona komoditas tambang baru. Harga nikel melejit lantaran permintaan melebihi pasokan yang tersedia.

Sumber: CNN Indonesia