Jakarta, CNBC Indonesia – Pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) angkat suara perihal rencana pembuatan holding panas bumi yang direncanakan merupakan gabungan dari anak usaha PT PLN (Persero) dan Pertamina Geothermal Energy (PGE) dengan PT Geo Dipa Energy.
Menjelaskan hal itu, Direktur Panas Bumi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Harris Yahya mengatakan pembentukan holding tersebut masih belum bertemu kejelasan.
Lantas bagaimana kelanjutan rencana tersebut?
Harris menegaskan bahwa usulan pembuatan holding khusus panas bumi tersebut bukan merupakan usulan dari Kementerian ESDM, melainkan berawal dari usulan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
“Itu inisiasinya bukan dari Kementerian ESDM, itu dulu dari Kementerian BUMN kemudian dibahas potensi peluang untuk bisa (membentuk) holdingnya. Dan yang setahu saya belum sampai selesai itu (pembahasan) masih belum selesai lah untuk ininya,” terang Harris saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Selasa (21/2/2023).
Seperti diketahui, tahun 2022 lalu, Menteri BUMN Erick Thohir melayangkan rencana untuk menggabungkan anak-anak usaha BUMN seperti anak usaha PT Pertamina (Persero), anak usaha PT (PLN) dan juga PT Geo Dipa Energi.
Sejatinya, anak-anak usaha yang rencananya akan digabungkan itu merupakan perusahaan yang bergerak di sektor pembangkit listrik energi baru dan terbarukan khususnya energi panas bumi atau geothermal.
Menteri Erick menilai konsolidasi anak usaha atau sub holding Pertamina dan PLN yang bergerak di sektor geothermal dengan Geo Dipa akan memperkuat pengembangan energi baru terbarukan (EBT) dalam sektor geothermal.
“Kita mempunyai tiga perusahaan yang sebenarnya sudah melakukan geothermal ini, ada Pertamina, PLN, satu lagi ini Geo Dipa yang berada di bawah Kemenkeu. Memang ini perlu waktu, saya inginnya tahap awal memergerkan ini menjadi satu kesatuan,” ujar Erick dalam pernyataannya, dikutip Kamis (27/10/2022).
Erick menyampaikan potensi geothermal yang luar biasa dibandingkan jenis EBT lain seperti angin dan panel surya dan angin. Berbeda dengan tenaga angin dan surya, lanjut Erick, geothermal juga lebih konsisten dan tidak memiliki hambatan ketersediaan pasokan.
“Geothermal ini sangat luar biasa. Karena ini salah satu daripada base load, kita tahu kalau solar dan angin itu terbatas, tidak bisa sustain, tapi base load itu hanya di geothermal atau di hydro. Nah ini kenapa geothermal ini yang kita dulukan,” ucap Erick.
Dengan konsolidasi, Erick meyakini pengembangan geothermal akan jauh lebih efektif dan efisien ketimbang BUMN masing-masing menggarapnya secara mandiri.
Dalam tahap awal, Erick telah melakukan konsolidasi antara Pertamina dan PGE agar bisa mendapat akses pendanaan baru untuk EBT, salah satunya pilihannya dengan Go Public supaya tidak membebani keuangan negara atau terus meningkatkan utang.
Erick menyampaikan proses konsolidasi anak usaha atau sub holding Pertamina dan PLN dengan Geo Dipa akan dilakukan secara bertahap. “Sementara ini Pertamina duluan yang masuk karena yang PLN masih di belakang dan (Kondisi keuangan) Pertamina sehat sehingga dia maju duluan,” kata Erick.