Jakarta, CNN Indonesia — Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mencatat realisasi investasi migas tembus US$13,9 miliar sepanjang 2022 kemarin.

Angka ini di bawah target yang sebesar US$17,01 miliar. Dirjen Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan ada sejumlah tantangan dalam mencapai investasi migas tahu ini.

Tantangan itu di antaranya perubahan insentif dan pelaksanaan investasi hilir migas seperti kilang.

Tak hanya realisasi investasi migas, lifting migas pada 2022 juga tidak mencapai target. Lifting minyak hanya 612 ribu barel oil per day (BOPD) dari target 703 ribu BOPD.

Sementara lifting minyak gas bumi 955 ribu MBOEPD dari target 1,035 juta BOPED. Tutukan mengatakan tidak tercapainya target lifting migas tersebut antara lain karena adanya penghentian operasi tanpa rencana atau unplanned shutdown di sejumlah lapangan migas dan tertundanya beberapa proyek atau delay field onstream.

“Untuk mengatasi hal tersebut, maka dibutuhkan upaya peningkatan dan pencapaian lifting migas yang telah dan akan terus dilakukan, di antaranya optimalisasi produksi pada lapangan eksisting, transformasi resources to production, eksplorasi secara masif untuk penemuan besar, dan kemudahan investasi dan insentif,” dalam konferensi pers, Senin (30/1).

Meskipun tak tercapai, Kementerian ESDM menargetkan investasi migas tahun ini bisa tembus US$17,4 miliar. Investasi itu diharapkan dari gabungan dari hulu dan hilir.

Sementara lifting minyak ditargetkan 660 ribu BOPD dan lifting gas bumi 1,1 juta BOEPD.

“Dengan ICP rata-rata US$90 per barel sesuai dengan penetapan asumsi makro 2023,” ujar Tutuka.

Sumber: https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20230130183657-85-906750/investasi-migas-2022-gagal-capai-target