Jakarta, CNBC Indonesia – Pemerintah perlu mewaspadai adanya ancaman krisis energi global, mengingat Indonesia adalah negara net oil importer sejak beberapa tahun belakangan ini.

Praktisi Migas Widhyawan Prawiraatmadja menilai ketergantungan impor Indonesia terhadap minyak mentah hingga kini masih cukup besar. Bahkan per harinya saja impor RI atas minyak mentah bisa tembus hingga 800 ribu barel per hari (bph).

“Mohon koreksi, tapi paling tidak menurut saya ada sekitar 800.000 barel per hari yang harus kita selalu sediakan dalam proses impor. Apakah itu BBM yang memang masuk ke dalam peraturan menteri ataupun minyak mentah nya,” ujar Widhyawan dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, Senin (14/11/2022).

Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto mengatakan bahwa produksi minyak nasional RI rata-rata saat ini berada di level 600 ribu barel per hari. Sementara itu, kapasitas pengolahan kilang minyak RI adalah sekitar 1 juta barel per hari.

“Sehingga 50% kita impor itu minyak mentah. Bensin kita sekitar 50% kita juga impor jadi kenapa kita harus waspada karena tiga jenis komoditi (BBM dan LPG) ini impornya makin besar sehingga subsidinya makin besar dan harga yang diimpor juga tinggi,” kata Djoko.

Ia pun mencontohkan harga Liquefied Petroleum Gas (LPG) sebelum covid-19 yang pada saat itu berada di level US$ 600 per metrik ton. Sedangkan saat ini sudah tembus ke level US$ 1400 per metrik ton.

“Jadi berapapun harga LPG di internasional mau gak mau kita impor. Begitu pula bensin nah ini yang harus kita waspadai, maka dari itu pemerintah terus mengupayakan peningkatan produksi dalam negeri kita punya target 1 juta barel 2030, ini sulit tapi kita perlu kerja keras,” katanya.

Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/news/20221114142829-4-387744/impor-minyak-ri-tembus-800-ribu-barel-awas-jadi-momok-krisis