KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Badan Energi Internasional atau International Energy Agency (IEA) menyoroti sulitnya transisi dunia dari batubara ke energi yang lebih bersih. Pasalnya, saat ini batubara adalah sumber emisi karbon dioksida terbesar dari energi yang ada dan merupakan satu-satunya sumber pembangkit listrik terbesar di seluruh dunia.

Executive Director IEA, Fatih Birol menyatakan lebih dari 95% konsumsi batubara global terjadi di negara-negara yang telah berjanji untuk menurunkan emisinya.

Bahkan permintaan batubara global telah stabil mendekati rekor tertinggi selama dekade terakhir. Jika tidak ada usaha lanjutan yang dilakukan, emisi dari aset batu bara yang ada saat ini dengan sendirinya akan membuat dunia melampaui batas 1,5°C.

“Meskipun sejumlah pemerintah telah membuat kebijakan yang akan memperluas energi bersih di tengah krisis energi saat ini, masalah utama yang belum terselesaikan adalah bagaimana menangani aset batubara yang ada di seluruh dunia dalam jumlah besar,” jelasnya dalam konferensi pers secara virtual, Selasa (15/11).

Baca Juga: 10 Negara Mobilisasi Dana US$ 20 Miliar Dukung Ambisi Indonesia Tekan Emisi Karbon

Birol menilai masih ada tantangan besar untuk menggantinya dengan cepat sambil memastikan keamanan energi.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif mengatakan mengurangi emisi dari batu bara pada skala dan kecepatan yang dibutuhkan untuk mencapai net zero promise akan menjadi tantangan yang signifikan.

“Terutama untuk pasar negara berkembang dan ekonomi berkembang, termasuk Indonesia,” jelasnya dalam kesempatan yang sama.

Utusan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Ambisi dan Solusi Iklim dan pendiri Bloomberg LP dan Bloomberg Philanthropies, Michael R. Bloomberg mengatakan pembangkit listrik berbahan bakar batubara sejatinya sudah mulai menurun.

Namun, penurunan tersebut tidak berada dalam jalur yang diharapkan untuk menyelamatkan nyawa dan menang dalam pertempuran melawan perubahan iklim.

“Dengan meningkatkan investasi dalam energi bersih, kita dapat mencapai penghentian sepenuhnya pembangkit listrik tenaga batu bara di negara-negara maju pada tahun 2030 dan di seluruh dunia pada tahun 2040,” ujarnya.

Deputi Perdana Menteri dan Menteri untuk Transisi Ekologis dan Tantangan Demografi Spanyol, Teresa Ribera Rodríguez menambahkan, Spanyol berkomitmen untuk mempercepat transisi energi baik untuk keamanan iklim maupun untuk keamanan pasokan.

Baca Juga: Menteri ESDM: Pasar Energi Indonesia Masih Menarik Bagi Investor

“Setelah menutup tambang batubara kami pada tahun 2018 dan 90% dari kapasitas pembangkitan batubara kami hanya dalam empat tahun ke depan,” tegasnya.

Rodriguez menyatakan, Spanyol telah melakukan upaya yang kuat untuk mencapai transisi energi yang adil dan seimbang terutama untuk daerah dan pekerja yang bergantung pada pertambangan batubara dan pembangkit listrik berbahan bakar batubara.

Sumber: https://industri.kontan.co.id/news/iea-soroti-tantangan-besar-transisi-dari-batubara-ke-energi-lebih-bersih