Jakarta, CNBC Indonesia – Pergerakan harga batu bara diperkirakan masih stagnan dengan kecenderungan melemah pada pekan ini. Libur panjang di China serta cuaca hangat di Eropa diperkirakan menurunkan permintaan energi.
Pada perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (20/1/2023), harga batu bara kontrak Februari di pasar ICE Newcastle ditutup anjlok 4,9% ke posisi US$ 303,45 per ton. Harga tersebut adalah yang terendah sejak pertengahan November 2022 atau dua bulan terakhir.
Secara keseluruhan, harga batu bara jatuh 9,15% dalam sepekan. Dengan demikian, harga batu bara sudah melemah selama tiga pekan. Dalam sebulan terakhir, harga batu bara ambruk 22,11%.
Harga batu bara diperkirakan masih akan melandai pekan ini sejalan dengan turunnya aktivitas perkantoran dan pabrik di China.
Tiongkok merupakan konsumen dan importir terbesar batu bara di dunia sehingga perkembangan di negara tersebut akan berdampak besar ke permintaan batu bara.
Seperti diketahui, sebagian besar warga China masih menikmati libur panjang Hari Raya Tahun Baru atau Imlek hingga 27 Januari 2023.
Permintaan batu bara juga diperkirakan masih akan melandai di Eropa karena cuaca yang lebih hangat.
Dilansir dari The Guardian, suhu di sebagian besar Eropa akan berada 10 derajat di atas suhu normal selama beberapa tahun pada Januari tahun ini.
Hanya sebagian Eropa yang berjuang dengan musim dingin seperti di Inggris dan wilayah Balkan. Dengan suhu yang lebih hangat maka permintaan energi masih aman.
Pasokan gas di Eropa rata-rata berada di atas 80%. Kendati demikian, kekhawatiran masih menghantui pengusaha Eropa.
Survei Allianz SE menunjukkan krisis energi masih menjadi salah satu kekhawatiran terbesar mereka. Sebanyak 2.712 responden dari 94 negara menganggap krisis energi menjadi kekhawatiran terbesar nomor 4 untuk tahun ini.
Dalam 12 tahun survei Allianz Risk Barometer, baru kali ini masuk ke dalam 10 besar kekhawatiran terbesar pengusaha kecil dan besar Eropa.
“Harga energi meroket dan mekasa industri yang banyak menggunakan pasokan energi untuk menggunakan energi secara efisien, memindahkan lokasi kerja mereka, hingga tutup sementara,” tulis Allianz.