JAKARTA, investor.id – Harga batu bara anjlok pada perdagangan Rabu (20/9/2023), setelah sentuh level tertinggi empat bulan pada Selasa (19/9/2023).

Pada Rabu (20/9/2023), harga batu bara Newcastle untuk kontrak berjangka September 2023 stagnan di US$ 160,75 per ton. Sedangkan kontrak berjangka Oktober 2023 terkoreksi US$ 3,75 menjadi US$ 164,50 per ton. Sedangkan kontrak berjangka November 2023 jatuh US$ 3,10 menjadi US$ 167,90 per ton.

Sementara itu, hingga berita ini ditayangkan, harga batu bara Rotterdam untuk kontrak berjangka September 2023 stagnan di US$ 122,50. Sementara itu, kontrak berjangka Oktober 2023 turun US$ 0,30 menjadi US$ 124,75. Serta, kontrak berjangka November 2023 melemah U$S 0,05 menjadi US$ 125,25.

Harga batu bara melambung pada Selasa (19/9/2023) hingga menyentuh level tertinggi empat bulan. Menyusul pengumuman Menteri Tenaga Listrik India RK Singh bahwa negaranya akan menambah pembangkit listrik termal berkapasitas 25-30 gigawatt (GW) selain 49 GW unit pembangkit listrik tenaga batu bara yang sedang dibangun.

Negara tersebut akan membakar 292 juta ton (MT) lebih banyak batu bara setiap tahunnya pada tahun ini.

Sementara itu, data dari CoalMint menyebutkan, kedatangan kapal batu bara di pelabuhan India meningkat sebesar 33% m-o-m pada paruh pertama September 2023 (1-15 September) menjadi 10,03 juta ton (mnt), berdasarkan data jumlah kapal CoalMint.

Dari total impor pada paruh pertama bulan September, volume batu bara Indonesia merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 4,10 menit. Beberapa perusahaan dagang besar yang membeli batu bara Indonesia adalah Adani Enterprises (1,20 mnt) dan Adani Power (0,76 mnt). Sekitar 2,12 menit diperkirakan akan diimpor pada paruh kedua bulan ini.

Permintaan India terhadap batu bara Indonesia terus meningkat karena menipisnya stok di pelabuhan dan pembangkit listrik serta meningkatnya aktivitas perdagangan.

Sedangkan kabar terbaru dari China menyebutkan, lima tambang batu bara termal di provinsi Shaanxi diminta untuk menghentikan operasinya di tengah bahaya besar yang ditemukan di tambang tersebut selama survei. Kapasitas produksi gabungan di tambang-tambang ini mencapai sekitar 8,9 mnt per tahun. Pemeriksaan keamanan yang sering dilakukan telah menyebabkan kendala pasokan dan peningkatan harga dalam negeri. Penghentian produksi ini mungkin akan semakin membatasi pasokan dan menaikkan harga batu bara.

Sumber: Investor.id