RM.id Rakyat Merdeka – Green job atau pekerjaan ramah lingkungan, semakin menunjukkan perannya sebagai akselerator transisi energi. Kontribusinya dalam mendorong upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, melaju signifikan.

Merujuk data Badan Energi Terbarukan Internasional (IRENA) tahun 2021, Perencana Ahli Madya dari Direktorat Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Zulfan Zul mengatakan, pada tahun 2020, sektor energi EBT telah menyerap 12 juta tenaga kerja, baik secara langsung atau tidak langsung.

Lapangan pekerjaan ini didominasi oleh solar photovoltaic (PV), bioenergi, hydropower, wind energy, dan solar heating/cooling.

“Secara global, jumlahnya terus bertambah dalam satu dekade terakhir,” kata Zulfan, dalam acara Career Talk 2023, yang dihelat Society of Renewable Energy (SRE) Universitas Indonesia (UI) secara virtual, Sabtu (16/7).

Jika mengikuti jalur 1,5 derajat Celcius Irena, lapangan kerja di sektor EBT berpotensi tumbuh hingga 43 juta pekerjaan, hingga tiga dekade ke depan.

Dalam public employment service (PES), pekerjaan meningkat lebih lambat pada tingkat yang lebih rendah, yaitu 20 juta pada tahun 2030 dan 21 juta pada tahun 2050. Sementara dalam proyeksi pekerjaan energi terbarukan di tahun 2050, solar PV disebut akan menyerap 16 juta tenaga kerja, disusul PLTB Offshore sebanyak 4 juta pekerjaan.

Energi terbarukan akan mempekerjakan 24 juta orang untuk industri energi panas bumi, energi angin, solar PV, dan solar water heater.

Zulfan juga menjelaskan, berdasarkan Rencana Usaha Penyerapan Tenaga Listrik (RUPTL) pada tahun 2021-2030, pengembangan pembangkit EBT di Indonesia dalam periode tersebut berpotensi membuka penyerapan tenaga kerja sebanyak 703.743 orang.

“Ini tentu tergantung effort kita. Semakin banyak pemanfaatan EBT untuk pembangkit listrik, lapangan green job tentu akan semakin banyak,” pungkasnya.

Sumber: RM.id