Merdeka.com – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat bahwa implementasi program Mandatori Biodiesel 30 atau B30 telah memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian nasional. Untuk Februari 2023, tingkat campuran mandatori biodiesel akan dinaikkan menjadi 35 persen atau B35.

Direktur Bioenergi Edi Wibowo Ditjen Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Edi Wibowo mencatat, program mandatori biodiesel telah menghemat devisa negara sebanyak USD 8,34 miliar atau Rp122,65 triliun dari penyaluran 10,5 juta kilo liter (KL) di sepanjang 2022. Menyusul, berkurangnya nilai impor minyak mentah.

“Dari program mandatori B30, kita menghemat devisa dengan tidak mengimpor dari pada minyak sekitar Rp122,64 triliun,” kata Edi dalam Webinar Problematika Minyak Goreng, Jakarta, Sabtu (4/2).

Selain menghemat devisa, program Mandatori B30 juga mampu menyerap tenaga kerja lebih dari 1,3 juta orang. Kemudian, pengurangan emisi gas rumah kaca sekitar 27,8 juta ton CO2.

“Ini karena B30 lebih ramah lingkungan, sehingga ikut mengurangi emisi,” ucap Edi.

Mulai 1 Februari 2023, pemerintah akan mulai memberlakukan program pencampuran biodiesel 35 persen (B35) pada bahan bakar minyak (BBM) diesel/solar dengan alokasi mencapai 13,15 juta KL.

Adapun, nilai penghematan devisa dari penerapan B35 pada tahun ini sebesar USD 10,75 miliar. Nilai ini sekitar Rp161 triliun.

Sumber: https://www.merdeka.com/uang/esdm-program-solar-campur-minyak-sawit-30-persen-hemat-devisa-rp1226-triliun.html