KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Direktur Jenderal (Dirjen) Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana memastikan, pihaknya secara reguler melaksanakan monitoring secara reguler penyelesaian konstruksi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata agar dapat selesai waktu.
Selain itu, ia juga memastikan bahwa pihaknya siap turun tangan apabila ada kendala dalam pelaksanaan pekerjaan.
“Untuk mendorong penyelesaian konstruksi tepat waktu, KESDM secara reguler melaksanakan monitoring dan melaksanakan fasilitasi yang diperlukan apabila terdapat kendala dalam pelaksanaan pekerjaan,” ujar Dadan kepada Kontan.co.id, Senin (10/4).
PLTS Terapung Cirata atau disebut juga Cirata Floating PV, direncanakan memiliki kapasitas 145 MWac. PLTS terapung disebut-sebut bakal menjadi PLTS Terapung terbesar se Asia Tenggara sekaligus terbesar kedua di dunia saat beroperasi kelak.
Mengutip publikasi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) PLTS Terapung Cirata ditargetkan mampu menghasilkan energi sebesar 245 juta kWh per tahun dan direncanakan memasok listrik untuk 50.000 rumah.
PLTS Terapung Cirata akan dijalankan oleh PMSE (Pembangkitan Jawa Bali Masdar Solar Energi) yang merupakan Project Company hasil bentukan dari konsorsium cucu usaha PLN, yaitu PT Pembangkitan Jawa Bali Investasi (PJBI) dengan perusahaan asal Uni Emirat Arab, Masdar.
Sedianya, PLTS terapung Cirata ditargetkan rampung pada akhir 2022. Namun penyelesaian proyek ini kemudian molor dari target tersebut.
Dadan mengakui, kenaikan harga sel surya global beberapa waktu lalu sempat menjadi tantangan dalam pengembangan PLTS Terapung Cirata. Namun, ia memastikan bahwa hal tersebut saat ini tidak lagi menjadi isu.
Selain itu, ia memastikan tidak ada perubahan harga jual listrik. Catatan saja, h arga jual listrik dari PLTS Terapung Cirata 145 MWac adalah sebesar 5,81 sen US$ per kWh.
Sementara itu, persoalan pemenuhan salah satu kendala pengembangan PLTS Terapung Cirata adalah terkait pemenuhan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) diakui Dadan menjadi salah satu kendala pengembangan PLTS Terapung Cirata.
“Namun demikian, dengan dukungan seluruh stakeholder terkait, maka isu TKDN dapat diselesaikan. Produksi modul surya baru dapat dilakukan setelah isu TKDN selesai sehingga jadwal pengoperasian mundur ke tahun 2023,” tegas Dadan.
Berdasarkan catatan PT PLN (Persero), kemajuan proyek PLTS Terapung Cirata sudah mencapai 42,45%.
Executive Vice President Komunikasi Korporat dan TJSL PT PLN (Persero) Gregorius Adi Trianto mengatakan, proses konstruksi transmission line sebanyak 9 tower dengan panjang 3,4 km telah berhasil dikoneksikan pada Gardu Induk PLN 150 kV Cirata.
“Melalui akselerasi di pekerjaan kritikal maka ditargetkan PLTS Cirata dapat commercial operation date (COD) pada Kuartal IV tahun 2023,” ujar Gregorius kepada Kontan.co.id, Sabtu (8/4).
Sumber: Kontan.co.id