KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Teknologi Penangkapan, Pemanfaatan dan Penyimpanan Karbon yang dikenal dengan Carbon Capture, Utilization and Storage (CCUS) disebut-sebut dapat meningkatkan produksi minyak dan gas (migas) hingga 40%. Adapun saat ini terdapat sejumlah proyek yang sudah berada dalam tahap studi dan persiapan di Indonesia yang ditargetkan mulai on-stream sebelum 2030.
Plt Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Mohammad Kemal menjelaskan saat ini proyek injeksi karbon yang peningkatan produksinya sudah terhitung ialah proyek Enhance Gas Recovery-Carbon Capture, Utilization and Storage (EGR/CCUS) di Tangguh.
Kemal memberikan perincian bahwa proyek Tangguh Enhance Gas Recovery-Carbon Capture, Utilization and Storage (EGR/CCUS) yang dilaksanakan BP Berau Ltd. ini dalam status persiapan front-end engineering and design (FEED). Sebelumnya SKK Migas juga telah menyetujui Plan of Development (POD) Lapangan Ubadari dan Vorwata CCUS di Papua Barat.
Dalam catatan sebelumnya, proyek yang diperkirakan on-stream pada 2026 atau 2027 mendatang ini berpotensi menambah produksi gas hingga 1,3 triliun kaki kubik (Tcf) dari Lapangan Ubadari dan Vorwata CCUS.
“Sedangkan lainnya masih dalam tahap studi atau hanya CCS (menampung karbon),” jelasnya kepada Kontan.co.id, Minggu (12/2).
Kemal memberikan beberapa contoh proyek injeksi karbon yang sedang dalam tahap studi dan persiapan.
Proyek Lapangan Gundih CCUS/CO2-EGR yang dilaksanakan PT Pertamina, Center of Excellence (CoE) ITB, JGC, J-Power, JANUS & didukung Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang. Saat ini dalam fase 2 studi untuk memitigasi risiko. Proyek ini ditargetkan on-stream pada 2026.
Kemudian, proyek CO2-EOR di Lapangan Sukawati. Proyek ini dilaksanakan oleh PT Pertamina, LEMIGAS, JAPEX didukung Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang. Status saat ini, studi Subsurface oleh Pertamina dan Studi CO2-EOR sebagai CCUS oleh Pertamina, LEMIGAS, JAPEX. Ditargetkan pilot test terlaksana pada 2026-2027 dan beroperasi penuh di 2031.
Ada juga proyek CCS Sakakemang yang dilaksanakan Repsol Sakakemang B.V. Saat ini proyek dalam status pemilihan lokasi & karakterisasi dan mempersiapkan uji lab untuk kelayakan. Proyek ini ditargetkan on stream pada 2027.
Direktur Teknik dan Lingkungan Migas Kementerian ESDM, Mirza Mahendra menjelaskan, saat ini terdapat 16 proyek CCS/CCUS di Indonesia yang masih tahap studi dan persiapan, dan sebagian besar ditargetkan beroperasi sebelum 2030.
Dari seluruh proyek tersebut, Proyek EGR/CCUS Tangguh yang dikelola BP Berau Ltd, paling maju dibandingkan proyek lainnya dan ditargetkan onstream 2026 dengan potensi CO2 sebanyak 25-32 juta ton selama 10 tahun. Potensi penyimpanan CO2 di Indonesia sekitar 2 giga ton CO2 yang tersebar di berbagai wilayah di tanah air.
“Kementerian ESDM telah menyiapkan rancangan Peraturan Menteri terkait Penyelenggaraan CCS/CCUS yang saat ini masih tahap harmonisasi antara Kementerian,” ujarnya beberapa waktu lalu.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas (Dirjen Migas) Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji menyampaikan, Permen CCS/CCUS saat ini sudah selesai harmonisasi. Dia menjelaskan, sebelum peraturan tersebut ditandatangani oleh Menteri ESDM, perlu proses persetujuan Presiden.
“Sekarang prosesnya setelah harmonisasi ke presiden dalam hal ini Sekretariat Kabinet (Setkab) yang memberitahukan ke Kementerian ESDM. Nah itu ada suatu yang perlu dijelaskan di situ, diproseskan dulu,” ujarnya saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, belum lama ini.
Sebelumnya Indonesia telah melakukan uji coba injeksi CO2 ke sumur untuk meningkatkan produksi migas. Pada 26 Oktober 2022 uji coba injeksi CO2 dilakukan di sumur JTB-161 di Lapangan Pertamina EP Jatibarang di Indramayu, Jawa Barat.
Injeksi CO2 dilaksanakan tanggal 25 hingga 29 Oktober 2022 dengan menggunakan metode huff & puff yaitu CO2 diinjeksikan ke sumur selama beberapa hari, ditutup selama sepekan, kemudian dibuka dan selanjutnya diharapkan minyak atau gasnya naik.
“Gambarannya seperti minuman coca-cola yang ada CO2-nya, dikocok dan kemudian minumannya akan keluar sendiri,” kata Dirjen Migas.
Metode huff & puff ini memberikan konfirmasi dan validasi mengenai teknologi EOR secara spesifik dalam skala sumuran, sehingga selanjutnya diharapkan dapat juga diterapkan di lapangan migas lainnya yang sedang aktif melakukan kegiatan studi CO2-EOR. Penggunaan metode tersebut diperkirakan akan meningkatkan produksi sekitar 30-40%.
Injeksi CO2 untuk EOR/EGR rencananya akan dilakukan di berbagai lapangan migas yang memiliki potensi dekarbonisasi, antara lain Lapangan Sukowati, Gundih, Ramba Subang, Akasia Bagus dan Betung.