Jakarta, CNBC Indonesia – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Badan Geologi beberapa waktu lalu mengungkapkan adanya kandungan ‘harta karun super langka’ berupa mineral logam kritis di Lumpur Lapindo, Sidoarjo, Jawa Timur. Adapun kandungan tersebut berupa Lithium dan Stronsium.
Oleh sebab itu, dengan adanya sumber bahan baku mineral tersebut, ambisi Indonesia menjadi ‘Raja’ dalam pengembangan baterai kendaraan listrik akan semakin dekat.
Kepala Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi (PSDMBP) Badan Geologi Kementerian ESDM, Hariyanto menyebutkan, Lithium menjadi salah satu mineral langka yang berguna untuk bahan baku pembuatan baterai kendaraan listrik. Sementara Stronsium untuk bahan baku industri elektronik
Badan Geologi kata dia telah melakukan penyelidikan pendahuluan pada 2020 di daerah bagian selatan Lumpur Lapindo, Sidoarjo, Jawa Timur.
“Di tahun 2022 ini kita tidak lanjuti dengan melakukan penyelidikan pendahuluan di daerah sisi utara Lumpur Lapindo, Sidoarjo,” ungkap Heriyanto, kepada CNBC Indonesia dalam Closing Bell, Dikutip Senin (13/2/2023).
Saat ini, temuan Lithium dan Stronsium yang ada di Lumpur Lapindo itu sedang dilakukan pengujian ekstraksi oleh mitra di Kementerian ESDM tepatnya di balai besar pengujian mineral dan batu bara atau TEKMIRA. Tak hanya itu, ada juga kerja sama dalam hal pengujian dan eksplorasi serta ekstraksi atas Lithium dan Stronsium tersebut.
Berdasarkan catatan Badan Geologi, kandungan Lithium di Lumpur Lapindo, Sidoarjo itu kadarnya mencapai 99 – 280 PPM. Sementara untuk Stronsium kadarnya mencapai 255 – 650 PPM.
“Nah ini terus kami update datanya karena untuk tahun 2022 masih dalam analisis di laboratorium kami,” ungkap Heriyanto.
Untuk diketahui, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengakui bahwa Indonesia belum bisa menjadi raja baterai listrik dunia untuk saat ini. Pasalnya, Indonesia belum mempunyai Lithium yang merupakan bahan baku utama dalam pembuatan baterai kendaraan listrik.
Hal tersebut ia sampaikan saat bertemu dengan para pengusaha Lithium di Australia. Pertemuan tersebut dijembatani antara Australia Indonesia Business Council bersama KJRI Perth.
Menurut Luhut, meskipun Indonesia saat ini dianugerahi dengan kekayaan sumber daya nikel yang cukup besar, namun hal tersebut belum cukup menjadikan negara ini sebagai raja baterai kendaraan listrik dunia.
“Ini belum mampu menjadikan kita sebagai raja baterai kendaraan listrik dunia karena kita tidak punya Lithium yang notabene menjadi bahan utama pengembangan industri baterai EV,” ujar Luhut dikutip dalam akun instagram pribadinya, Senin (2/13/2023).
Ia menilai Australia merupakan kandidat terbaik dan partner potensial bagi Indonesia untuk mengembangkan Industri baterai EV ke depan. Apalagi, setengah dari Lithium dunia berada di negeri Kangguru.
Oleh sebab itu, pemerintah Indonesia perlu mendapatkan kepercayaan agar bisa bekerja sama dengan salah satu raksasa Lithium dunia, dengan mempertimbangkan beberapa kemudahan kebijakan yang akan pemerintah Indonesia berikan. Namun, tetap dilakukan dengan cara yang bertanggung jawab terhadap dampak lingkungan.