TEMPO.CO, Jakarta – Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara, Irwandi Arif, menyebutkan cadangan bijih nikel berkadar rendah atau limonite untuk bahan baku baterai di Indonesia masih sekitar 2.7 miliar ton.

“Baterai itu perlu bijih nikel yang kadarnya rendah, di bawah 1,7 persen. Bijih yang kadarnya rendah namanya limonite. Limonite ini untuk proses di baterai, ini kita masih punya banyak cadangan, karena yang pakai sekarang sedikit, cadangannya 2.7 miliar masih ada,” ujar Irwandi dalam Workshop for Mining Journalist, di Bogor Sabtu 25 Februari 2023.

Nikel kadar tinggi dan nikel kadar rendah memiliki fungsi yang berbeda. Di Indonesia, nikel kadar rendah atau limonite masih jarang terserap sehingga cadangannya masih banyak, sedangkan saprolite atau nikel dengan kadar tinggi lebih sedikit, karena smelter untuk mengolah nikel tersebut sudah banyak tersedia.

Sementara itu, Stafsus Menteri ESDM ini menjelaskan walaupun cadangan nikel terhitung melimpah, pembatasan dalam pengolahan dan pembangunan smelter perlu dilakukan. Menurut pihaknya, rata-rata pasokan nikel sudah menyentuh 450 juta ton pertahun.

“Memang banyak cadangannya, tapi kalau harus masok 450 juta ton pertahun gimana? bisa langsung jebol kita,” kata Irwandi.

Smelter nikel yang berdiri, kata Irwandi, akan percuma jika terlalu masif dalam pengolahannya. Bijih nikel akan semakin habis dan mengakibatkan keharusan impor, “Kalau habis, masa harus impor bijih nikel? Sedangkan kita produsen nikel terbesar, cadangan kita juga besar,” katanya.

Sumber: https://bisnis.tempo.co/read/1696464/cadangan-nikel-untuk-baterai-melimpah-esdm-sebut-pengolahan-perlu-dibatasi