Jakarta, CNBC Indonesia – Harga batu bara semakin jeblok. Pada perdagangan Selasa (9/5/2023), harga batu bara kontrak Juni di pasar ICE Newcastle ditutup di posisi US$ 167,65 per ton. Harganya melandai tipis 0,5%.

Harga tersebut adalah yang terendah sejak 05 Januari 2022 (US$ 161,75 per ton) atau dalam 16 bulan terakhir.

Harga batu bara ambles karena melandainya permintaan serta jatuhnya harga gas.

Rendahnya permintaan tercermin dari turunnya ekspor Indonesia dan Kolombia. Kedua negara masuk lima besar eksportir batu thermal dunia.

Ekspor batu bara thermal Kolombia hanya menembus 3,15 juta ton pada April 2023. Jumlah tersebut anjlok 31% dibandingkan bulan sebelumnya. Belanda masih menjadi tujuan utama ekspor diikuti dengan Korea Selatan dan Turki. Ekspor ke India dan Jerman bahkan nol pada bulan lalu.

Ekspor batu bara Indonesia juga melandai pada April. Data Modi Kementerian ESDM menunjukkan ekspor batu bara Indonesia pada April hanya 6,97 juta ton, terendah tahun ini.

Ekspor anjlok 61% dibandingkan pada Maret yang tercatat 17,89 juta ton.

Selain karena melandainya permintaan, ekspor Indonesia turun karena Ramadan dan libur panjang Lebaran. Permintaan dari China diproyeksi masih lemah sejalan dengan masih ademnya aktivitas manufaktur mereka.

Purchasing Manager Index (PMI) China terkontraksi menjadi menjadi 49,2 dari pada April.

Indeks jauh lebih kecil dibandingkan 51,9 pada Maret 2023. Pelemahan manufaktur bisa membuat permintaan batu bara melandai. Impor China juga terus terkoreksi lebih dalam.
Impor terkontraksi 7,9% (year on year/yoy) pada April, lebih dalam dibandingkan kontraksi 1,4% (yoy) pada Maret 2023.

Musim panas yang relatif bersahabat di sebagian besar wilayah China juga membuat kekhawatiran akan pasokan tidak terjadi. Impor pun diperkirakan akan melandai.

Impor juga diprediksi melandai karena lonjakan produksi.

Produksi batu bara China meningkat drastis mencatat rekor pada Maret 2023 dengan jumlah 417,22 juta ton, Jumlah itu setara dengan 13,46 juta ton per hari yang merupakan rekor tertinggi.

Permintaan dari Hong Kong juga diproyeksi berkurang setelah wilayah otonomi tersebut mengurangi batu bara sebagai salah satu sumber energinya.

Hong Kong pada pekan ini mulai mengimpor liquefied natural gas (LNG)guna mengurangi impor batu bara.

Permintaan dari Eropa pun belum akan naik seiring datangnya musim semi, memadainya pasokan, serta terus turunnya harga gas. Eropa memasuki musim semi di mana suhu relatif bersahabat sehingga permintaan energi tidak akan melonjak.

Suhu di beberapa wilayah Eropa memang akan lebih tinggi dalam beberapa hari ke depan. Namun, pasokan batu bara yang memadai di berbagai pelabuhan Eropa membuat harga sulit melonjak.

“Kondisi ini akan membuat harga batu bara masih tertekan dalam jangka pendek, terutama jika harga gas terus turun,” tutur analis Reuters Toby Hassall dan Igor Malewicz.

Harga gas alam Eropa EU Dutch TTF (EUR) ambruk 2,5% kemarin menjadi 35,95 euro per mega-watt hour (MWh). Harga tersebut juga menjadi yang terendah sejak Juli 2021 atau hampir dua tahun terakhir.

Sumber: CNBC Indonesia