Jakarta, CNBC Indonesia – Harga batu bara jeblok. Pada Pada perdagangan Rabu (3/5/2023), harga batu bara kontrak Juni di pasar ICE Newcastle ditutup di posisi US$ 182,3 per ton. Harganya ambruk 4,05%.

Harga tersebut adalah yang terendah sejak 14 April (US$ 181 per ton).

Pelemahan kemarin juga memutus tren positif batu bara yang menguat 2,62% pada dua hari perdagangan sebelumnya.

Anjloknya harga batu bara disebabkan oleh aksi profit taking, melemahnya harga sumber energi lain seperti minyak mentah dan gas, kekhawatiran resesi, hingga kabar dari India.

Harga sumber energi mulai dari minyak mentah hingga gas jeblok setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 5,0-5,25% pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia (4/5/2023).

The Fed juga tidak memberi sinyal jika akan berbalik dovish bulan depan. Kenaikan suku bunga terjadi di tengah krisis perbankan AS serta kekhawatiran terjadinya resesi.

Hal itu dikhawatirkan membuat ekonomi AS terus melambat yang pada akhirnya berdampak kepada ekonomi global.

Jika ekonomi global melambat maka permintaan akan sumber energi akan berkurang.

Pada Kamis pagi pukul 05:40 WIB, harga minyak jenis brent jeblok 4,8% pada hari ini sementara WT anjlok 5,1%. Harga gas Eropa TTF juga jatuh 2% pada hari ini.

Melemahnya harga batu bara juga disebabkan oleh kabar dari India. Konsumen terbesar kedua batu bara di dunia tersebut mengumumkan lonjakan produksi pada tahun fiskal 2022/2023.

Produksi batu bara India menembus 893,08 juta ton pada tahun fiskal April 2022/Maret 2023. Produksi melonjak 23% dalam lima tahun terakhir.

India juga mengumumkan ambisi baru yakni produksi batu bara hingga 1,012 miliar ton untuk tahun fiskal 2023/2024.

Kenaikan produksi ini untuk memastikan agar pasokan di pembangkit listrik memadai sehingga krisis energi tidak terulang.

Sumber: CNBC Indonesia