Jakarta, CNBC Indonesia – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berencana meningkatkan persentase pencampuran Bahan Bakar Nabati (BBN) ke dalam Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Minyak Solar sebesar 40% atau dikenal dengan istilah B40 (Biodiesel 40%).
Bila ini diterapkan, maka ini ada peningkatan dari penerapan B30 yang sudah berlangsung sejak 1 Januari 2020.
Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Edi Wibowo menyebutkan, bila B40 dilaksanakan pada tahun 2023, maka negara berpotensi menghemat devisa sekitar Rp 200 triliun.
Jumlah penghematan devisa ini meningkat dibandingkan penghematan devisa yang diperoleh pada 2021 dari pemberlakuan B30, yang tercatat sebesar Rp 66 triliun.
Potensi penghematan devisa negara pada 2023 ini diperoleh dengan asumsi alokasi biodiesel B40 pada 2023 bisa mencapai 15,03 juta kilo liter (kl). Asumi alokasi biodiesel ini dengan perkiraan kebutuhan minyak Solar pada 2023 sebesar 37,5 juta kl. Artinya, ada penghematan volume impor Solar sebesar jumlah tersebut.
“Kalau kita tidak mengimpor minyak Solar sebesar 15,03 juta kl, harganya itu Rp 13.000 saja dikalikan 15 (juta kl), yaitu mungkin sekitar Rp 200-an triliun ya kalau kita tidak mengimpor minyak Solar,” paparnya dalam acara ‘Rating dan Overhaul Kendaraan Uji Road Test B40’ di Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi Lemigas, Jakarta, Senin (21/11/2022).
“Jadi terkait volume B40 dalam satu tahun perkiraan kita, kita ngomong Solarnya untuk B30 itu satu tahun 2023 perkiraan kita itu 37,5 juta kl. Kalau 40% dari itu berarti untuk B40-nya itu sekitar 15,03 jt kl,” ucapnya.
Sebagai informasi, saat ini telah dilakukan uji jalan (road test) B40 oleh Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi Lemigas dengan melibatkan Balai Besar Survei dan Pengujian KEBTKE serta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui pendanaan oleh Badan Pengelolaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) yang diajukan oleh Kementerian ESDM Direktorat Jenderal EBTKE.
Formulasi bahan bakar yang digunakan dalam uji jalan B40 adalah B30D10 dengan formula campuran 30% Biodiesel atau B100 dan 10% Diesel Nabati. Adapun yang diuji jenis B40 dengan formula campuran 40% Biodiesel ditambah 60% Solar (B0).
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah rampung melakukan uji jalan (road test) Bahan Bakar Nabati (BBN) jenis biodiesel dengan campuran 40% atau disebut B40 pada kendaraan bermesin diesel.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian ESDM Rida Mulyana mengatakan, meski sudah tuntas melakukan uji coba, namun pihaknya belum dapat memastikan kapan implementasi dari program B40 dijalankan sepenuhnya. Pasalnya, masih terdapat proses evaluasi yang harus dilakukan terlebih dahulu.
“Evaluasinya di dalamnya menyiapkan segala macamnya misalnya suplai, rantai pasoknya, kapal macam apa, blending facility macam apa, kontrol seperti apa, terus nanti kesiapan kendaraannya segala macam. Setelah proses itu (diterapkan),” jelas Rida saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (4/11/2022).
Menteri ESDM Arifin Tasrif sebelumnya mengatakan, pemberlakuan B40 ini merupakan salah satu upaya strategis negara untuk mengurangi impor Bahan Bakar Minyak (BBM), sekaligus mengimplementasikan bauran Energi Baru Terbarukan (EBT).
Arifin mengungkapkan, dari hasil uji jalan yang telah dilakukan, performa B40 bisa merespons kebutuhan energi kendaraan. Selain itu, penurunan emisi karbon bisa tercapai dengan pemanfaatan bioenergi yang tinggi melalui B40 ini.
“Pertama saya senang performa B40 bisa merespons kebutuhan energi kendaraan. Kedua, emisinya bisa turun karena pemanfaatan Bioenergi makin tinggi. Kita patut bersyukur negeri kita ini memberikan potensi sumber energi yang banyak,” ungkap Arifin saat melakukan Kunjungan Kerja di Subang, Jawa Barat, dikutip dari keterangan resminya, Rabu (02/11/2022).
Menurut dia, penggunaan B40 ini bisa mengurangi ketergantungan RI pada impor. Terlebih, separuh dari kebutuhan BBM RI kini dipasok melalui impor.
Oleh karena itu, penting bagi Indonesia untuk memanfaatkan sumber daya energi yang ada di Tanah Air, terutama energi baru terbarukan. Ujungnya, ini bisa meningkatkan ketahanan energi bangsa ini.