JAKARTA, iNews.id – Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) optimistis industri pertambangan nikel tak terdampak ancaman resesi secara signifikan. Adapun bagian yang terdampak dari kondisi ini adalah dari sisi faktor pendukung, seperti alat berat.
“Proses pengolahan bijih nikel sampai ke produk jadi itu ada faktor pendukungnya seperti alat berat. Saya yakin akan terdampak karena masih ada impor dari luar,” ujar Sekretaris Umum APNI Meidy Katrin Lengkey dalam acara ‘Mining Talk Series’ secara virtual, Kamis (17/11/2022).
Meidy menambahkan, mineral lainnya seperti bauksit dan timah disebut akan terdampak resesi, terutama karena adanya larangan ekspor. Dia menilai, hal itu karena pabrik dari mineral lainnya belum semasif pabrik pengolahan bijih nikel saat ini.
“Terkait hal ini kami juga bertanya, demand dalam negerinya bagaimana. Kasihan penambangnya karena belum ada demand yang bisa menyerap kapasitas produksi mereka. Tapi bagaimanapun juga hilirisasi harus bergerak,” tuturnya.
Dia berharap, pemerintah dapat mencermati kondisi tersebut, agar penambang mineral lain di luar nikel tetap bisa beraktivitas, namun tidak terbentur dengan adanya penutupan ekspor.
“Sehingga seluruh sumber daya atau resources bisa saling membutuhkan, dan akhirnya tidak akan terdampak sangat besar karena resesi,” pungkasnya.