Jakarta, CNN Indonesia – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah mengejar program pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Saat ini, Indonesia berada pada tahap negosiasi reaktor nuklir.
“Nuklir yang diharapkan sebagai beban dasar akan masif. Seingat saya nuklir pertama kali 2035, kalau tidak salah. Kita sekarang lagi lebih serius menangani tawaran-tawaran dari negara sahabat untuk penggunaan small modular reactor yang didesain floating dan bisa mobile ke sana kemari,” jelas Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Rida Mulyana di The Westin Jakarta, Selasa (9/5).
“Ini (PLTN) paling cocok kita bangun di Indonesia timur, di mana listrik di sana masih kurang cukup dan andal,” sambung Rida.
Rida sempat menjelaskan bahwa PLTN masuk ke dalam peta jalan transisi energi baru terbarukan (EBT). Langkah ini diambil demi mencapai target net zero emission (NZE) pada 2060.
PLTN diklaim bisa menghasilkan tenaga listrik sebesar 31 gigawatt pada 2060 mendatang. Percepatan penggunaan nuklir untuk tenaga listrik pun tampak makin serius.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahkan mengatur aspek pada seluruh tahapan pertambangan bahan galian nuklir, meliputi keselamatan pertambangan, keamanan pertambangan, serta manajemen keselamatan dan keamanan pertambangan. Ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 52 Tahun 2022 tentang Keselamatan dan Keamanan Pertambangan Bahan Galian Nuklir.
Beleid tersebut ditandatangani pada 12 Desember 2022 sebagai aturan turunan untuk pelaksanaan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran.
Sumber: CNN Indonesia