PLN mengalokasikan dana US$ 1,1 juta atau sekira Rp 16,9 miliar untuk mengurangi kapasitas pembangkit listrik tenaga diesel atau dedieselisasi sebesar 300 megawatt (MW) tahun ini.
Vice President Transisi Energi dan Perubahan Iklim PLN, Anindita Satria Surya mengatakan dana tersebut digunakan untuk mengonversi pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) menjadi pembangkit listrik rendah emisi, salah satunya pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang diengkapi dengan baterai.
“Kami mengubah PLTD eksisting dengan ditambahkan baterai dan PLTS,” ujar Satria dalam diskusi bertajuk Bincang Energi Surya: Teknologi, Kebijakan dan Tantangan Energi Surya dalam Mendukung JETP dan NZE pada Kamis (9/3).
Dia menambahkan, pemerintah makin serius melakukan dedieselisasi. Rencananya, program tersebut akan didorong lewat pendanaan Just Energy Transition Partnership atau JETP. “Jadi tahun ini target dedieselisasi 300 MW. Setelah selesai proses pengadaan, segera akan mulai konstruksi,” ujarnya.
Sebelumnya, Kementerian ESDM juga membuka opsi penggunaan dana JETP untuk mengakselerasi program konversi PLTD menjadi pembangkit listrik tenaga gas dan uap (PLTGU). Dedieselisasi dinilai sebagai jalan pintas untuk menurunkan emisi karbon dari sektor pembangkit listrik.
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan bahwa program dedieselisasi pembangkit listrik merupakan langkah efektif untuk mengurangi keluaran emisi karena memerlukan biaya lebih rendah dari rencana pensiun dini pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara.
“Pemerintah ingin mempercepat konversi diesel ke gas, lalu dari gas nanti ke pembangkit EBT. Langkah ini paling cepat sih kalau mau menurunkan emisi,” kata Arifin saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM pada Jumat (17/2).
Melalui modal atau pendanaan transisi energi senilai US$ 20 miliar atau sekitar Rp 310 triliun yang disepakati pada KTT G20 November tahun lalu, pemerintah berencana membikin sejumlah langkah untuk mengurangi emisi gas karbon, terutama dari sektor pembangkit listrik.
Selain digunakan untuk mengakomodir program pensiun dini PLTU, pendaan JETP akan disalurkan untuk membangun infrastruktur pembangkit listrik EBT. Adapun sumber pendanaan JETP digawangi oleh Amerika Serikat (AS) dan Jepang, beberapa negara G7 plus Denmark, Norwegia, dan Uni Eropa.