KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Setelah pemerintah menerapkan kebijakan harga gas bumi tertentu (HGBT) atau harga gas murah terhadap tujuh sektor industri, sejumlah industri tersebut mengalami perbaikan produktivitas. Bahkan, investasi menjadi semakin bergairah.
Ketua Umum Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) Yustinus Harsono Gunawan menjelaskan harga gas bumi tertentu yang dipatok US$ 6/MMBTU untuk industri kaca sangat efektif memberikan manfaat. Tercermin, utilisasi industri kaca pada 2022 sekitar 92,5% atau lebih tinggi dari sebelum pandemi.
Semakin meningkatnya kinerja industri kaca dan kebijakan harga gas murah, mengundang investor dari Mancanegara masuk ke Indonesia.
“Saat ini investor kaca lembaran Korea sedang mematangkan realisasi investasi di Kawasan Industri Terpadu Batang, lalu investor kaca lembaran Cina di Jawa Timur. Investasi baru berarti menaikkan kapasitas nasional,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Jumat (3/3).
Yustinus juga menyampaikan, fasilitas produksi kaca lembaran menggunakan sistem cold repair. Dalam beberapa tahun mendatang akan dilakukan peremajaan besar-besaran, bergiliran satu tungku diikuti tungku lainnya sesuai jatuh tempo umur teknis masing-masing.
“Peremajaan tungku biasanya sekalian menaikkan kapasitas produksi,” ujarnya.
Maka itu, Yustinus menyatakan realisasi investasi industri baru dan industri eksisting membutuhkan kepastian harga gas murah. Menurutnya bila ada wacana evaluasi untuk menaikkan harga gas, rencana investasi ini akan runyam.
Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (ASAKI) Eddy Suyatno menyampaikan industri keramik saat ini berada di zona ekspansif setelah penepatan HGBT.
Dia menjelaskan, proyek ekspansi penambahan kapasitas berjalan dengan baik. Adapun tambahan kapasitas baru sekitar 75 juta meter persegi setara dengan 90% angka impor tahunan dan diproyeksikan akan selesai sebagian di 2023 dan sisanya di tahun 2024
“Total nilai investasi tersebut mencapai Rp 20 triliun dengan penyerapan tenaga kerja baru sekitar 10.000-12.000 orang,” ujarnya saat dihubungi terpisah.
Asaki tetap memandang optimistis penjualan keramik di sepanjang 2023. Pihaknya memproyeksikan tingkat utilisasi akan meningkat ke level 83%-85% dengan perkiraan total produksi mencapai 470 juta meter persegi atau setara dengan konsumsi per kapita sebesar 1,7 meter persegi/kapita.
“Angka ini masih di bawah tingkat konsumsi per kapita di kawasan Asia Tenggara rata-rata di atas 3 meter persegi/kapita dan rata-rata dunia di level 2,5 meter persegi/kapita,” jelasnya.
Adapun Asaki juga menargetkan ekspor bisa bertumbuh 5% di 2023 dengan fokus utama pada negara Filipina, Malaysia, Thailand, Taiwan, Amerika Serikat, dan Australia.
Setali tiga uang, disuntiknya harga gas murah ke industri Petrokimia juga turut membawa berkah.
Wakil Ketua Asosiasi Industri Olefin, Aromatik & Plastik (Inaplas) Edi Rivai menjelaskan pada situasi sulit saat ini HGBT sangat diperlukan dan terbukti telah mempertahankan daya tahan eksitensi dan daya saing produk dalam negeri dari serangan produk impor.
“Jika tidak ada kebijakan HGBT dari kemarin-kemarin atau bahkan sejak masa pandemi Covid-19 sudah banyak PHK dan barang impor,” ujarnya.
Edi menjelaskan lebih lanjut, industri petrokimia tetap tinggi dan bahkan naik terus membaik.
Selain kinerja industrinya yang terus tumbuh, investasi pembangunan fasilitas hulu petrokimia juga sedang berlangsung.
Saat ini sedang dibangun mega project petrokimia baru yang akan mulai berproduksi mulai tahun 2025, yakni proyek dari PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), Lotte Chemical, Pertamina, Asahimas, NSI dengan nilai investasi sekitar US$ 25 miliar.
“Proyek-proyek ini akan mengurangi ketergantungan bahan baku impor kimia sebesar US$ 10 miliar pertahun,” ujarnya.
Edi berharap, pemerintah dalam kondisi pemulihan ekonomi pasca Covid-19 tetap mempertahankan harga gas bumi tertentu di US$ 6 MMBTU sesuai kuota untuk ketahanan keberlanjutan industri, penciptaan lapangan kerja, dan penerimaan pajak.