Bisnis.com, JAKARTA — Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menetapkan outlook konservatif untuk produksi minyak dan gas (migas) hingga akhir tahun ini.
SKK Migas menetapkan outlook produksi untuk minyak di kisaran 626.000 barel minyak per hari (bopd) hingga akhir 2022. Outlook itu lebih rendah dari target awal tahun yang dipatok hingga 700.000 bopd.
Sementara itu, outlook produksi gas ikut ditekan di posisi 5.527 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd) sampai dengan Desember 2022. Padahal, outlook produksi gas sempat ditargetkan mencapai 6.000 MMscfd tahun ini.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Mohammad Kemal mengatakan, penyesuaian outlook produksi migas itu disebabkan karena produksi pada akhir 2021 yang sudah terlanjur rendah. Konsekuensinya, rencana produksi pada tahun ini tidak memenuhi target yang ditetapkan.
“Produksi pada akhir 2021 lebih rendah dari yang diperkirakan,” kata Kemal saat dihubungi, Minggu (6/11/2022).
Selain itu, Kemal mengatakan, terdapat sejumlah penghentian operasi tanpa rencana atau unplanned shutdown di sejumlah lapangan. Misalkan, sepanjang triwulan ketiga 2022, terdapat lima kasus penghentian operasi dengan potensi produksi hilang yang cukup besar.
SKK Migas melaporkan PT Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES) mengalami kebocoran pipa dan plugging sepanjang Juli hingga Agustus 2022. Akibatnya, potensi kehilangan produksi pada lapangan itu mencapai sekitar 30.000 bopd.
Selain itu, Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) melaporkan terjadinya kebocoran pada selang pembongkaran yang menyebabkan potensi produksi minyak hilang mencapai sekitar 30.000 bopd pada September 2022.
SKK Migas turut melaporkan terjadi penghentian operasi pada dua lapangan gas yang dikerjakan oleh PT Pertamina EP dan Train 2 Tangguh-BP dengan potensi kehilangan produksi sekitar 300 MMscfd sepanjang Agustus hingga September 2022.
“Jadi turunnya outlook produksi tahun ini disebabkan karena adanya unplanned shutdown, selain adanya delay pada kegiatan pemboran dan onstream fasilitas produksi,” kata dia.
Direktur Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal menilai kegiatan eksplorasi hulu migas bakal terkoreksi seiring dengan kekhawatiran resesi ekonomi tahun depan.
Di sisi lain, Moshe mengatakan, perusahaan hulu migas belakangan justru mengoptimalkan kegiatan eksploitasi sumur tersedia di tengah momentum harga minyak mentah dunia dan gas yang masih tertahan tinggi pada kuartal keempat tahun ini. Manuver itu diharapkan dapat meningkatkan cadangan kas perusahaan tahun depan.
“Para produsen migas akan memaksimalkan kegiatan eksploitasi untuk memanfaatkan harga minyak tinggi saat ini, meningkatkan pendapatan jangka pendeknya,” kata Moshe saat dihubungi, Minggu (6/11/2022).
Menurut Moshe, keuntungan yang diperoleh perusahaan migas saat ini yang ditopang oleh melonjaknya harga komoditas dialihkan sebagian besar untuk meningkatkan cadangan kas mereka guna mengantisipasi resesi tahun depan.
Sebagian perusahaan migas itu diketahui membeli kembali saham mereka di bursa, mengamankan dividen, serta eksploitasi pada lapangan-lapangan migas yang tersedia.