JAKARTA – Pemerintah berkomitmen mengurangi emisi gas rumah kaca menuju net zero emission pada 2060. Pembangkit Listrik Tenaga panas Bumi pun menjadi salah satu yang mendominasi sistem tenaga listrik hingga 2030 mendatang.

Presiden Direktur PT Pertamina Geothermal Energy Ahmad Yuniarto mengungkapkan, panas bumi sebagai salah satu komponen utama bauran energi menjadi pilihan karena karakteristiknya yang ramah terhadap lingkungan, tidak hanya dalam aspek produksi tetapi juga aspek penggunaan, sehingga berperan positif dalam transisi energi di Tanah Air.

Pada saat menjalankan proses pengembangan dan pembuatan, tenaga panas bumi sepenuhnya juga hampir bebas dari emisi. Tidak ada karbon yang digunakan untuk produksi, kemudian seluruh prosedur juga telah bebas dari sulfur yang umumnya telah dibuang dari proses lainnya yang dilakukan.

“Itu keuntungan menggunakan energi panas bumi jika dibandingkan dengan energi konvensional. Jika dibandingkan dengan sesama energi baru terbarukan, panas bumi tidak memiliki dampak terhadap ekologi maupun limbah radioaktif, teknologi yang sudah lebih mature, dan stabil seiring dengan tingginya potensi yang dimiliki Indonesia,” ujar Ahmad, Kamis (9/2/2023).

Menurutnya, Indonesia memiliki potensi besar cadangan energi baru terbarukan, salah satunya yaitu panas bumi. Di RUPTL 2021-2030, potensi panas bumi di Indonesia mencapai 29.544 MW.

Meskipun potensi panas bumi tersebut masih kalah ketimbang surya dengan potensi 207.898 MW, hydro (75.091 MW), angin (60.647 MW), dan Bioenergi (32.654 MW), namun panas bumi yang dimiliki Indonesia mencakup 40% dari energi panas bumi di dunia dan berpotensi menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara penghasil energi panas bumi terbesar dunia.

Sebagai salah satu negara dengan jumlah gunung api terbanyak, potensi panas bumi yang dimiliki Indonesia memang menjadi yang terbesar di dunia.

Berdasarkan data ThinkGeoEnergy 2022, kapasitas terpasang panas bumi dunia pada 2021 mencapai 15.854 mega watt (MW), dengan Amerika Serikat sebagai negara dengan kapasitas terpasang terbesar 3.722 MW, disusul Indonesia (2.276 MW), dan Filipina (1.918 MW). Adapun, hingga 2022, kapasitas terpasang energi panas bumi di Indonesia mencapai 2.347,63 MW (proyeksi Kementerian ESDM).

Dari total kapasitas terpasang energi panas bumi sebanyak 2.347,63 MW tersebut, PGE mengelola 13 wilayah kerja panas bumi dengan total kapasitas terpasang sebesar 1.877 MW. Rinciannya, sebanyak 672 MW dikelola langsung dan 1.205 MW melalui operasi bersama (join operation contract).

Sumber: https://economy.okezone.com/read/2023/02/09/320/2761997/2030-ri-bakal-andalkan-pembangkit-listrik-tenaga-panas-bumi